Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Peran Pendidikan Cetak Generasi Unggul Bidang Bioteknologi

Kompas.com - 20/10/2022, 11:00 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Lulusan bioteknologi sendiri sudah tersebar di berbagai wilayah seperti Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Buton, dan Maluku. Namun, masih di dominasi oleh mahasiswa lulusan pulau Jawa.

Baca juga: Kemendikbud-Google Buka Program Bangkit 2023, Mahasiswa Segera Daftar

Lulusan tersebut sudah banyak menghasilkan sumber daya manusia (SDM). Mereka banyak berkiprah seperti di badan obat dan makanan (BPOM), sebagai tenaga pengajar, peneliti dalam bidang pemerintahan dalam menemukan produk biologis dalam bidang kesehatan, pertanian atau teknologi biologi.

Ada juga di bagian industri seperti produk biologis untuk pertanian, kesehatan, minuman dan makanan. Menariknya, ada juga yang berkarya sebagai wirausaha bioteknologi yang berhubungan dengan pengolahan makanan.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi yang turut hadir membuka program HigherHeight tahun ini secara daring, juga mengatakan ada berbagai terobosan di bidang bioteknologi kesehatan telah banyak kita rasakan manfaatnya, seperti dalam pengembangan obat, terapi, dan juga alat deteksi.

“Aset terpenting yang harus kita jaga dan kita tingkatkan adalah kualitas sumber daya manusia. Diperlukan talenta terbaik Indonesia yang mampu memanfaatkan teknologi ini. Memanfaatkan datanya, menciptakan pembaruan dan menjadi produk yang dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat,” ucap Menteri Budi Gunadi dalam sambutannya.

Baca juga: Profil MAN 2 Kota Malang, Sekolah Terbaik di Malang

International Pharmaceutical Manufacturer Group (IPMG), Inge Kusuma menambahkan SDM juga merupakan faktor kunci dalam upaya memajukan bioteknologi kesehatan.

Dia berpendapat bahwa dalam pengembangan bioteknologi ini diperlukan kerja sama dari pihak pemerintah, akademisi, dan juga lintas sektoral.

Lebih lanjut Inge memberikan rekomendasi yang penting dilakukan oleh pihak-pihak tersebut dalam memajukan bioteknologi kesehatan:

1. Merancang, mengimplementasikan, dan mengukur bioteknologi kesehatan nasional.

2. Pembangunan ekosistem riset dengan standard internasional, termasuk dukungan pendanaan, regulasi dan intensif untuk riset.

3. Percepatan dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pengajar dan lulusan bioteknologi kesehatan.

4. Kemitraan strategi antar sektoral, seperti pemerintah, perguruan tinggi, dan insdustri atau antar negara untuk mempercepat kurva belajar.

Listya mengatakan apabila dibandikan dengan universitas di negara lain, program pendidikan bioteknologi di Indonesia sangat tertinggal. Jika di lihat pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) berada di posisi peringat 551-600.

“Itulah sebabnya, kita harus lari lebih kencang untuk mengejar ketertinggalan tersebut,” ujar Listya.

Baca juga: Kuliah S1 Gratis Oxford-Cambridge 2023, Segera Daftar Beasiswa Jardine

Listya sendiri melihat bahwa banyak kendala yang dialami oleh Indonesia dalam pengembangan bioteknologi, seperti fasilitas yang cukup mahal. Pengembangan bioteknologi sendiri membutuhkan investasi yang cukup besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com