Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala DBD pada Anak dan Bedanya dengan Flu, Ini Penjelasan Pakar

Kompas.com - 12/10/2022, 12:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Memasuki musim hujan, orangtua diimbau untuk mewaspadai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) khususnya pada anak-anak. Pasalnya, gejala DBD pada anak kerap terabaikan karena mirip dengan gejala flu.

Hal tersebut dikatakan oleh pakar kesehatan sekaligus Dosen Spesialis Anak Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya, Gina Noor Djalilah terkait kasus DBD yang jumlahnya meningkat di Surabaya. Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya mencatat ada 187 kasus DBD di tahun 2022.

Gina menjelaskan DBD merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia. Minimnya pengetahuan tentang gejala DBD pada anak mengakibatkan banyak kasus yang terlambat ditangani.

Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya

“DBD sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yakni demam dengue, demam berdarah dengue dan dengue syok syndrome,” tutur Gina dilansir dari UM Surabaya, Senin (10/10/22).

Gelaja DBD pada anak mirip flu

Gina menjelaskan, pada beberapa kasus gejala DBD pada anak jenis demam dengue sering kali diartikan sebagai gejala flu biasa atau infeksi yang disebabkan jenis virus lainnya.

Namun, berbeda dengan flu, gejala demam dengue di antaranya setelah digigit nyamuk, anak dapat mengalami demam tinggi 3 sampai 14 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri pada otot dan pegal linu di seluruh tubuh, muncul ruam kemerahan pada kulit dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Sementara jenis Demam Berdarah Dengue (DBD), mengakibatkan dampak yang semakin parah dalam tubuh anak karena adanya perembesan plasma darah dengan gejala yang terlihat seperti bengkak, sesak, perut besar dan beberapa pendarahan spontan pada beberapa bagian tubuh.

Gina juga menegaskan munculnya gejala DBD yang sudah parah tersebut karena keterlambatan penanganan sekaligus imunitas anak masih tidak kuat melawan paparan virus.

Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Remaja, Psikiater: Orangtua Wajib Hadir Secara Fisik dan Emosional

“Gejala pada anak biasanya dimulai antara 24 sampai 48 jam atau panas hari ke-4 menjelang hari ke-5,” jelasnya lagi.

Menurutnya, setelah penurunan suhu tubuh mulai terjadi, beberapa gejala akan muncul seperti sakit perut atau perut terasa nyeri saat ditekan, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi hipotermia, tangan dan kaki dingin dan pucat, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah tanpa sebab, trombosit dalam darah mengalami penurunan, kerja organ limpa mengalami kerusakan.

Jika anak sudah pada tahap ini, jelas dia, anak akan merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung dan mudah marah. Kemungkinan juga akan ditemukan adanya bocoran plasma saat dilakukan pemeriksaan.

Jangan tunggu sampai fatal

Ia menjelaskan, DBD pada anak yang paling berat yakni Dengue Syok Syndrome karena merupakan jenis demam berdarah yang paling fatal.

Gejalanya berupa perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak berhenti pada area tubuh mana saja termasuk gusi, hidung, mulut dan feses, tekanan darah menurun drastis, denyut nadi melemah, kebocoran pada bagian pembuluh darah, produksi air kecil sangat menurun atau bahkan tidak ada, terdapat kegagalan pada fungsi organ bagian dalam hingga jumlah trombosit mengalami penurunan kurang dari 100.000 per milimeter kubik.

Baca juga: Agar Anak Sukses di Masa Depan, Ajarkan 5 Keterampilan Hidup Ini

“Gejala demam berdarah jenis ini sangat fatal apabila tidak segera mendapatkan penanganan. DBD sendiri telah memakan banyak korban jiwa dan sebagian besar yang harus kehilangan nyawa adalah mereka usia anak-anak,” katanya lagi.

Gina berpesan kepada orangtua agar lebih waspada saat musim-musim hujan seperti sekarang ini.

"Orang tua harus mengetahui gejala DBD pada anak dengan menguatkan imun tubuh dengan mencukupi kebutuhan cairan anak dengan memberikan makanan-makanan bergizi dan memberikan vitamin," ujarnya.

Bila anak mengalami gejala DBD pada anak seperti yang disebutkan atau demam selama 3 hari, orangtua perlu membawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com