Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Menggagas Sekolah Dasar Komunitas bagi Anak Jalanan

Kompas.com - 27/08/2022, 16:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam pembelajaran aktif dimungkinkan untuk diterapkan multigrade teaching, artinya pembelajaran yang hanya memakai satu guru untuk beberapa jenjang kelas. Misalnya kelas 1 dan 2 hanya diajar oleh satu orang guru. Hal itu bisa dilakukan jika guru mampu mengaktifkan siswa sehingga dirinya hanya berfungsi sebagai fasilitator, anaklah yang akan membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan belajar-mengajar yang diciptakan guru.

Ide ini jika bisa diterapkan akan membantu pemerintah kabupaten/kota menghemat biaya operasional sekolah, khususnya dalam hal gaji guru.

Joyfull learning, sangat dibutuhkan dalam situasi anak-anak jalanan-terlantar yang mengalami berbagai penderitaan. Mereka telah teramat “kenyang” dengan segala bentuk penderitaan materiil, moril, mental, intelektual, afeksi, dan sebagainya.

Guru harus didorong untuk berupaya agar para murid merasa bahwa sekolahnya sungguh merupakan tempat dan waktu yang menggembirakan, “firdaus kecil” atau “oase sejuk” di tengah kegersangan hidupnya, tempat ia dipahami, dihargai, diajak gembira.

Kedua, menyangkut materi pelajaran dan sumber belajar. Dalam Kurikulum Merdeka memang materi pelajaran tidak menjadi tujuan utama, materi pelajaran hanyalah jalan untuk membawa anak mencapai kompetensi tertentu yang telah ditetapkan oleh kurikulum melalui capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

Untuk itu di lapangan guru/fasilitator harus didorong agar mau menjabarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar dengan menyiapkan kegiatan-kegiatan yang kontekstual dengan kebutuhan lokal.

Pemerintah hendaknya tidak terlalu mendikte guru/fasilitator dengan keharusan memenuhi standar nasional. Yang penting siswa melalui kegiatan belajar bisa mencapai kompetensi yang dibutuhkannya dalam konteks lokal.

Pelajaran-pelajaran yang bersifat lokal dan mengakar pada kebudayaan setempat harus dikembangkan. Misalnya dalam pelajaran Pengetahuan Sosial, bisa saja guru mengeksplorasi kebudayaan lokal dan tokoh-tokoh pejuang lokal.

Lingkungan alam, sosial, dan budaya juga merupakan sumber belajar yang tidak pernah habis.

Ketiga, menyangkut alat peraga dan sarana mengajar. Sekolah komunitas harus kreatif memanfaatkan barang bekas untuk alat peraga atau benda-benda kreatif lainnya. Anak-anak jalanan-terlantar harus disadarkan bahwa mereka belum mampu lagi membeli alat peraga buatan pabrik atau industri.

Untuk itu mereka, dengan bantuan guru, membuat sendiri alat-alat peraga yang mereka butuhkan dari barang bekas. Di tengah keterbatasan ekonomi anak-anak harus diajak untuk mencari jalan keluar untuk mendapatkan alat peraga.

Kebutuhan akan buku pelajaran juga harus disikapi dengan kreatif. Anak-anak harus didorong membaca apapun yang masih tersedia. Entah itu buku cerita, komik, surat kabar, dan majalah, yang penting dalam situasi keterbatasan ini minat baca anak harus terus ditumbuhkan.

Karena bacaan apa pun (tentu yang bernilai positif) merupakan sumber pengetahuan bagi anak-anak jalanan yang kelak akan menjadi generasi penerus Indonesia dan terutama menjadi pejuang pembebasan diri dan keluarganya dari kemiskinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com