Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Mendidik Anak-anak Merdeka

Kompas.com - 12/08/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia sosok manusia pemberani yang berjuang lepas dari belenggu kemapanan yang menindas kemanusiaan.

b. Manusia kreatif berjiwa terbuka, pembaharu dan merdeka. Ia kritis, kaya imajinasi-fantasi, dan tidak mudah menyerah pada nasib.

Akhir-akhir ini kecerdasan buatan yang menjadi jantung revolusi industri 4.0 menggugat salah satu kualitas hakiki manusia yang selama ini kita yakini.

Industri memamerkan daya rekayasa manusia lewat produksi massal dengan teknologi yang presisi dan efisien.

Kemajuan teknologi sering dipakai sebagai bukti keunggulan manusia. Negara-negara berlomba menjadi yang terdepan sebagai negara industri.

Lebih dari separuh pekerjaan kita, waktu kita, hidup kita, dihabiskan untuk menggerakkan roda industri. Akan tetapi teknologi digital 4.0 diprediksi bisa menggantikan banyak peran manusia di bidang ini.

Kalau kerja kebanggaan manusia itu bisa digantikan oleh robot, lalu apa sebenarnya yang menentukan kemanusiaan kita? Jawabannya adalah kreativitas.

Betapapun canggihnya teknologi mesin cerdas saat ini, mesin tersebut tetaplah sebuah alat. Mesin bukan pencipta. Mesin tidak punya kreativitas, dan yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin cerdas ini mungkin adalah kunci bagi refleksi kita di dunia pendidikan.

c. Manusia integral sadar akan multidimensionalitas kehidupan, paham akan kemungkinan jalan-jalan alternatif, bijak membuat pilihan yang benar, yakin akan kebenaran atas dasar pertimbangan yang benar, yakin akan kebhinekaan kehidupan namun mampu mengintegrasikannya dalam suatu kerangka sederhana.

Ia mau bersetiakawan dan melibatkan diri dalam kehidupan. Menghargai semua makluk ciptaan Tuhan dan menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com