Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Internasional Masyarakat Adat, Direktorat KMA Gelar Lokakarya Pelestarian Obat Herbal

Kompas.com - 09/08/2022, 14:56 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Direktorat KMA) Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek menjalin kerja sama dengan Pengurus Harian Komunitas (PHKom) Perempuan Aman Turilenrang di Balasukka, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Sejak Maret 2022 Direktorat KMA memfasilitasi dan memberikan pembekalan kepada kelompok perempuan adat dan penghayat kepercayaan dalam penyusunan rencana aksi strategis berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan tema global perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia untuk tahun 2022 di mana Direktorat KMA berkomitmen agar perempuan adat mendapat peran penting dalam pelestarian dan transmisi pengetahuan tradisional leluhur.

"Kegiatan dilaksanakan pada 9 Agustus 2022 bertepatan momen penting Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia.

Kegiatan lokakarya yang dilaksanakan selama satu hari tersebut dimeriahkan penampilan permainan tradisional, tarian tradisional, pertunjukan musik tradisi, dan pameran obat herbal.

Lokakarya secara khusus membahas obat herbal dan pengobatan tradisional yang merupakan potensi lokal yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat adat Balassuka.

Kegiatan dihadiri Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa, Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kabupaten Gowa, Christriyati Ariani (Perwakilan Direktorat KMA Kemendikbud Ristek), Siti Husniah (Anggota DPRD Kabupaten Gowa), dan Khaeruddin (Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa).

Pada kegiatan ini bertepatan dengan tema besar Hari Internasional Masyakat Adat yg mengambil tema pelestarian pengetahuan pengobatan tradisional di mana peran perempuan dalam menstransimisikan pengetahuan tersebut sangat besar," ujar Christriyati Ariani.

"Kegiatan ini menjadi penegasan kembali bahwa peran perempuan adalah sangat luar biasa yang selama ini digambarkan sebagai Ibu Pertiwi atau Ibu Bumi yg menjaga kekayaan dan meneruskan pengetahuan dari generasi ke generasi," jelasnya.

Baca juga: Ditjen Kebudayaan dan UGM Gelar KKN Pemberdayaan Masyarakat Adat

Pelestarian tanaman obat berkelanjutan

Melalui rilis resmi (9/8/2022) Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi menjelaskan, tema pengobatan herbal dipilih melihat fenomena gaya hidup back to nature (kembali ke alam) yang dapat dimanfaatkan Perempuan Adat Turilenrang, Komunitas Balassuka di Kabupaten Gowa untuk mengembangkan pengetahuan pengobatan dengan menggunakan tanaman yang tersedia di wilayah adat.

Kondisi geografis wilayah adat Balassuka menopang ketersediaan banyak bahan baku herbal seperti Jahe Merah, Jahe Putih, Temulawak, Kunyit, Kunyit Hitam, Serai, dan lainnya yang diyakini memiliki khasiat untuk kesehatan.

"Pengobatan menggunakan tanaman herbal juga dinilai masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka, dan kosmetika tradisional," jelas Sjamsul Hadi.

Meramu herbal seperti jamuan-jamuan merupakan pengetahuan yang diperoleh dari warisan leluhur berdasarkan pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pengetahuan meracik tanaman obat merupakan salah satu peran Perempuan Adat Turilenrang untuk memastikan kesehatan anak-anak, orangtua, keluarga, khususnya penyakit yang dapat diatasi secara mandiri oleh Perempuan Adat, dan belum membutuhkan penanganan medis.

"Masih belum terjangkaunya akses kesehatan menjadikan masyarakat adat lebih mengutamakan praktek kesehatan tradisional dan mengembangkan pengetahuan ramuan herbal untuk mengatasi keluhan penyakit yang dialami," ungkap Sjamsul Hadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com