Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2022, 13:49 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 berdampak di sektor perekonomian masyarakat. Terlebih bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Salah satunya di Kelompok Wanita Tani (KWT) Kemiri Edum Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Di desa tersebut merupakan salah satu desa sentra salak pondoh di Kabupaten Sleman.

KWT Kemiri Edum mengolah salak pondoh menjadi berbagai macam makanan olahan salak, seperti Dodol Salak, Bakpia Salak, Sari Salak, Wajik Salak, hingga Keripik Salak.

Berbagai makanan olahan dari salak itu kemudian dipasarkan ke toko-toko sentra oleh-oleh yang ada di sekitar jalan-jalan utama yang ada di Kabupaten Sleman.

Baca juga: Mahasiswa UPN Jogja Inovasi Penghemat Air untuk Rumah Tangga

Namun karena pandemi, produksi makanan olahan salak dari KWT Kemiri Edum pun turut babak belur. Tentu lantaran adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus.

Terkait hal itu, dosen UPN “Veteran” Yogyakarta (UPN Jogja) memberikan solusi atas keterpurukan ekonomi masyarakat pedesaan melalui Program Pengabdian Masyarakat (PbM) Tahun 2022 di KWT Kemiri Edum.

Menurut Sauptika Kencana, selaku ketua Tim Pengabdian Masyarakat di KWT Kemiri Edum menegaskan bahwa masyarakat yang memproduksi olahan makanan dari salak ini sangat merasakan dampak dari pembatasan gerak penduduk selama pandemi.

Selama ini mereka mengandalkan pembeli oleh-oleh dari kunjungan para wisatawan ke toko oleh-oleh yang memasarkan produk-produk olahan salak.

"Begitu ada pembatasan mobilitas penduduk otomatis kunjungan wisatawan pun terhenti dan makanan olahan mereka pun menjadi tanpa pembeli," tutur Tika dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/8/2022).

Baca juga: Webinar UPN Jogja Kulik Pesan Citayam Fashion Week

Pasarkan produk secara online

Tim dari UPN Jogja bersama KWT Kemiri Edum, Pakem, Sleman, DIY.DOK.Pribadi Sauptika Kencana Tim dari UPN Jogja bersama KWT Kemiri Edum, Pakem, Sleman, DIY.

Anggota Tim Pengabdian Masyarakat di KWT Kemiri Edum, yakni Agussalim, dan Sucahyo Heriningsih pun membenarkan apa yang disampaikan Tika.
Keterpurukan pemasaran produk olahan salak menjadi sangat dirasakan KWT Kemiri Edum selama pandemi ini.

"Ini karena masyarakat melakukan pemasaran produknya masih secara konvensional. Yakni dengan hanya mengandalkan kedatangan pembeli ke toko oleh-oleh," ungkap Agussalim yang biasa disapa dengan bang Agus ini.

"Itulah sebabnya kami melakukan pengabdian di sini dalam rangka mendorong masyarakat untuk beralih memasarkan produk-produk mereka secara digital, alias pemasaran online," lanjutnya.

Sementara itu, Sucahyo Heriningsih di lokasi yang sama juga mengungkapkan bahwa dengan pemasaran digital, pembeli tidak harus datang ke toko oleh-oleh konvensional bila ingin merasakan kelezatan olahan salak.

"Pembeli cukup membuka HP dan dapat dengan mudah menemukan dan membeli berbagai produk olahan salak dari KWT Kemiri Edum," terang Heriningsih.

Baca juga: Dosen UPN Jogja Dampingi UMKM Kerupuk di Bantul, Produk Jadi Bervariasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com