Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ini Solusi Atasi Ancaman Hama Tikus dari Pakar IPB

Kompas.com - 06/07/2022, 07:12 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi para petani, hama merupakan sebuah ancam bagi tanaman yang sedang dibudidayakan.

Banyak hama yang bisa merusak tanaman bahkan mengurangi hasil panen. Mulai dari hama wereng coklat hingga hama tikus.

Agar tanamannya terhindar dari berbagai hama, petani biasa menggunakan strategi seperti penggunaan pestisida atau cara lain.

Dosen Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Swastiko Priyambodo mengungkapkan, keberadaan hama tikus sudah ada sejak zaman dahulu.

Baca juga: PT Dharma Polimetal Buka Lowongan Kerja bagi D3-S1, Segera Daftar

Hama tikus sudah ada sejak dulu

Salah satu buktinya terlihat dari relief pada Candi Borobudur yang menunjukkan tikus sudah menjadi hama padi.

Hal ini berarti, hingga saat ini hama tikus mampu bertahan dan melawan setiap tindakan pengendalian yang dilakukan manusia.

Dalam manajemen tikus, lanjut Swastiko, terdapat tiga kata kunci, yakni:

  • Keterpaduan berbagai metode pengendalian mulai dari sanitasi, kultur teknis, fisik, mekanis, biologi dan kimia yang dipadukan dan kompatibel.
  • Kebersamaan dalam pengendalian populasi hama tikus sawah.
  • Keberlanjutan yang berarti upaya pengendalian pada setiap musim tanam terus dilakukan.

Pakar tikus dari IPB University ini menerangkan, manajemen populasi tikus secara non-kimia tapi toksik biasanya menggunakan protozoa.

"Cara ini agak sulit diterapkan di lapangan dan terbilang mahal. Metode ini juga masih kalah saing dengan rodentisida kimia yang lebih murah dan dijual bebas di pasaran," ujar Swastiko seperti dikutip dari laman IPB, Selasa (5/7/2022).

Baca juga: Orangtua, Ini 4 Manfaat Storytelling bagi Anak

Berbagai cara atasi hama tikus

Ia menambahkan, sebaliknya, manajemen kimia namun non-toksik menggunakan rodentisida seperti Rodol tidak terlalu efektif.

Ia menyebut, keefektifannya sudah diuji di IPB University bahwa tikus tidak terlalu suka dengan umpan tersebut.

"Alternatifnya, manajemen tikus dilakukan dengan kultur teknis yakni dengan metode budidaya tertentu. Misalnya seperti trap crop dan push-pull system repellent," papar Dr Swastiko Priyambodo.

Sayangnya, kedua metode ini tidak dapat digabungkan pada hamparan padi. Metode budidaya lainnya yakni dengan tumpangsari padi gogo dan palawija atau pohon buah, sistem jajar legowo, atau tanam padi serempak pada area sawah.

Baca juga: UGM Berhasil Raih Juara Umum 3 Kontes Robot Indonesia 2022

Menurut dia, tanam padi serempak ini dapat dikembangkan sebagai agroekowisata pada hamparan sawah. IPB dan mahasiswanya juga telah mencoba mengembangkan hamparan sawah menjadi agroekowisata bersama pemerintah Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Upaya manajemen lainnya yakni dengan cara sanitasi atau bersih lingkungan. Hal ini karena lingkungan buruk akan menjadi tempat menyenangkan bagi tikus," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com