Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Ini Solusi Atasi Ancaman Hama Tikus dari Pakar IPB

KOMPAS.com - Bagi para petani, hama merupakan sebuah ancam bagi tanaman yang sedang dibudidayakan.

Banyak hama yang bisa merusak tanaman bahkan mengurangi hasil panen. Mulai dari hama wereng coklat hingga hama tikus.

Agar tanamannya terhindar dari berbagai hama, petani biasa menggunakan strategi seperti penggunaan pestisida atau cara lain.

Dosen Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Swastiko Priyambodo mengungkapkan, keberadaan hama tikus sudah ada sejak zaman dahulu.

Hama tikus sudah ada sejak dulu

Salah satu buktinya terlihat dari relief pada Candi Borobudur yang menunjukkan tikus sudah menjadi hama padi.

Hal ini berarti, hingga saat ini hama tikus mampu bertahan dan melawan setiap tindakan pengendalian yang dilakukan manusia.

Dalam manajemen tikus, lanjut Swastiko, terdapat tiga kata kunci, yakni:

  • Keterpaduan berbagai metode pengendalian mulai dari sanitasi, kultur teknis, fisik, mekanis, biologi dan kimia yang dipadukan dan kompatibel.
  • Kebersamaan dalam pengendalian populasi hama tikus sawah.
  • Keberlanjutan yang berarti upaya pengendalian pada setiap musim tanam terus dilakukan.

Pakar tikus dari IPB University ini menerangkan, manajemen populasi tikus secara non-kimia tapi toksik biasanya menggunakan protozoa.

"Cara ini agak sulit diterapkan di lapangan dan terbilang mahal. Metode ini juga masih kalah saing dengan rodentisida kimia yang lebih murah dan dijual bebas di pasaran," ujar Swastiko seperti dikutip dari laman IPB, Selasa (5/7/2022).

Berbagai cara atasi hama tikus

Ia menambahkan, sebaliknya, manajemen kimia namun non-toksik menggunakan rodentisida seperti Rodol tidak terlalu efektif.

Ia menyebut, keefektifannya sudah diuji di IPB University bahwa tikus tidak terlalu suka dengan umpan tersebut.

"Alternatifnya, manajemen tikus dilakukan dengan kultur teknis yakni dengan metode budidaya tertentu. Misalnya seperti trap crop dan push-pull system repellent," papar Dr Swastiko Priyambodo.

Sayangnya, kedua metode ini tidak dapat digabungkan pada hamparan padi. Metode budidaya lainnya yakni dengan tumpangsari padi gogo dan palawija atau pohon buah, sistem jajar legowo, atau tanam padi serempak pada area sawah.

Menurut dia, tanam padi serempak ini dapat dikembangkan sebagai agroekowisata pada hamparan sawah. IPB dan mahasiswanya juga telah mencoba mengembangkan hamparan sawah menjadi agroekowisata bersama pemerintah Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Upaya manajemen lainnya yakni dengan cara sanitasi atau bersih lingkungan. Hal ini karena lingkungan buruk akan menjadi tempat menyenangkan bagi tikus," imbuhnya.

Gunakan teknologi untuk usir hama tikus

Sementara, manajemen tikus cara fisik atau mekanis dapat dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi terkini seperti Internet of things (IoT).

Dia menekankan, aplikasi handphone dapat mendeteksi perangkap yang berhasil menangkap tikus.

Namun biaya operasional cenderung mahal, tidak seperti pengedalian hayati dengan musuh alami seperti Tyto alba, musang atau garangan, dan ular tikus.

Umumnya, petani juga menggunakan rodentisida sebagai umpan beracun.

Tidak hanya itu, petani juga mengkreasikan rodentisida dari tumbuhan yang dapat meracuni tikus.

"Kreasi petani untuk berinovasi sangat saya dukung, namun perlu diingat tikus sifatnya melawan, belum tentu tikus yang tersisa mau memakan umpan tersebut. Di lapangan banyak tersedia makanan yang lain. Namun upaya ini harus tetap didukung agar tidak lagi ketergantungan pada industri pestisida," beber Swastiko.

Ia mengimbau agar petani juga harus waspada pada rodentisida illegal karena sangat toksik dan berbahaya bagi konsumen dan petani.

Rodentisida ini memang sangat murah dan terbukti ampuh, namun seharusnya tidak digunakan sembarangan.

Terdapat tiga faktor dalam manajemen tikus. Diantaranya faktor ekologi, faktor ekonomi, dan faktor sosiokultural.

"Selain memperhatikan lingkungan dan biaya, pengendalian hama tikus juga harus memberikan dampak sosial yang positif terhadap masyarakat," tutup Swastiko.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/06/071200271/seperti-ini-solusi-atasi-ancaman-hama-tikus-dari-pakar-ipb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke