Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andreas Suprono
Guru

Pengamat Pendidikan, Sains, dan Teknologi

Mencicipi Program Guru Penggerak

Kompas.com - 27/06/2022, 11:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristek) sedang mengadakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Saya berkesempatan mengikutinya. Lama pendidikan enam bulan, berisi pembelajaran berkonsep andragogi dan diselenggarakan secara virtual dan tatap muka (lokakarya sebulan sekali).

Perekrutan peserta PGP melalui beberapa tahap.  Pertama pengiriman curiculum vitae (CV) dan penulisan esai (melalui portal Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau biasa disebut SIMPKB). Tahap kedua tes wawancara dan praktik mengajar, ketiga mengikuti PGP selama enam bulan.

Baca juga: Kemendikbud: 8.105 Guru Jalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5

Saya baru mulai mencicipi program guru penggerak, baru masuk pada perekrutan Calon Guru Penggerak (CGP) tahap tiga. Saat ini saya tepatnya masuk tahap pembelajaran modul dua (dari keseluruhan 10 modul). Proses PGP yang ikuti ini jeda untuk waktu yang belum ditentukan karena adanya peralihan dari P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) menjadi Balai Guru Penggerak.

Persiapan

Di awal seleksi, yang saya siapkan adalah CV dan beberapa surat rekomendasi dari kepala sekolah. Keduanya dalam bentuk softcopy dan dikirimkan lewat aplikasi SIMPKB. Selanjutnya mengisi esai yang juga dilakukan di aplikasi itu.

Pengisian esai butuh refleksi dan kemampuan mengingat beberapa kegiatan atau kejadian yang pernah CGP hadapi. Menurut saya tidak sulit, hanya perlu menuangkannya secara runtut dan jelas.

Jika lolos, selanjutnya masuk ke tahap kedua, yaitu tes wawancara dan simulasi mengajar (keduanya secara online).  Tes simulasi mengajar saya pada siang hari (sekitar jam 13.00 WIB). Saya beruntung, saya ada di sekolah. Saya bisa lebih fokus dan jaringan internet lebih stabil. Saat pelaksanaan, jaringan internet tidak bermasalah.

Sebelum mulai tes simulasi mengajar, saya mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP itu sebelumnya diunggah di aplikasi SIM Guru Berbagi.

RPP dibuat untuk 10 menit mengajar. Saya harus menampilkan kegiatan seperti urutan pembelajaran yang semestinya walaupun konten bisa saya kemas sedemikian rupa karena ketersediaan waktu yang hanya 10 menit. Akhirnya tes simulasi mengajar dapat saya lalui. Di akhir sesi saya diberi beberapa pertanyaan yang harus saya jawab.

Tiba saatnya tes wawancara. Saya kawatir karena tes ini dilakukan hari Sabtu di rumah. Hari Sabtu sekolah tutup. Kekawatiran saya adalah soal jaringan internet yang kemungkinan tidak stabil. Saat memulai tes wawancara, saya masuk ke Google Meet, prosesnya sangat sulit, tidak segera bisa masuk.

Ternyata, yang bermasalah bukan koneksi internet saya tetapi aplikasi SIMPKB. Lega rasanya. Pada tes wawancara diberi pertanyaan yang hampir mirip dengan pertanyaan di pengisian esai.

Saya agak kesulitan menjawab rincian soal pelatihan-pelatihan yang pernah saya alami, berkaitan dengan tanggal dan detail materi dan jumlah jam pelatihan. 

Selesksi tahap pertama selesai dengan diterbitkannya surat keputusan (SK), seperti juga pengumuman seleksi tahap satu. SK dapat diperoleh di SIMPKB. Setelah seleksi tahap kedua lolos, kegiatan berikutnya adalah mengikuti PGP selama enam bulan (Saya angkatan 5, angkatan sebelumnya selama 9 bulan).

Lokakarya tatap muka PGP dilakukan di tingkat kota atau kabupaten. Momen ini menggugah saya, melambungkan rasa penasaran, yang selama ini berkecamuk di benak. Saya mengikutinya di Hotel Alana Malioboro Yogyakarta (Saya CGP dari Kota Yogyakarta).

Baca juga: Kemendikbud Buka Rekrutmen 20.000 Calon Guru Penggerak 7 di 446 Daerah

Pelaksanaan acara itu, walaupun sehari, cukup membuka wawasan saya, menjawab rasa penasaran saya, pertanyaan ‘mau dibawa kemana’ terjawab. Akhirnya, perjalanan panjang, mengikuti PGP selama 6 bulan dimulai.

Diklat (pendidikan pelatihan) PGP menggunakan LMS (Learning Management System) secara online dan lokakarya (sebulan sekali) secara luring (luar jaringan/tatap muka).

Membuat jadi tersadar kembali

Ini merupakan hal menarik dan baru bagi saya, sebuah mekanisme belajar secara online dengan sistematika tertentu yang disebut MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi materi, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata).

Saya telah melalui dua modul. Pada modul pertama saya diajak untuk memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantoro (KHD) dan pada modul kedua diajak untuk memahami nilai dan peran Guru Penggerak.

Seteah memahami modul satu, saya senang dan bersemangat. Rasanya seperti disiram air es sehingga saya seperti terbangun dan sadar kembali. Saya diajak untuk memaknai panggilan saya menjadi guru, di mana saya harus menghamba pada murid, berpihak pada murid, memerdekakan murid dalam belajar, menuntun segala kodrat alam dan kodrat zaman murid, dan saya bagaikan seorang petani yang dengan senang dan gembira merawat tanaman padinya.

Wujud dari itu semua, saya harus menjadi guru yang memegang teguh nilai guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Kesemua itu diwujudkan dalam peran guru penggerak yaitu pemimpin pembelajaran, coach bagi guru yang lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com