SAAT ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristek) sedang mengadakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Saya berkesempatan mengikutinya. Lama pendidikan enam bulan, berisi pembelajaran berkonsep andragogi dan diselenggarakan secara virtual dan tatap muka (lokakarya sebulan sekali).
Perekrutan peserta PGP melalui beberapa tahap. Pertama pengiriman curiculum vitae (CV) dan penulisan esai (melalui portal Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau biasa disebut SIMPKB). Tahap kedua tes wawancara dan praktik mengajar, ketiga mengikuti PGP selama enam bulan.
Baca juga: Kemendikbud: 8.105 Guru Jalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5
Saya baru mulai mencicipi program guru penggerak, baru masuk pada perekrutan Calon Guru Penggerak (CGP) tahap tiga. Saat ini saya tepatnya masuk tahap pembelajaran modul dua (dari keseluruhan 10 modul). Proses PGP yang ikuti ini jeda untuk waktu yang belum ditentukan karena adanya peralihan dari P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) menjadi Balai Guru Penggerak.
Di awal seleksi, yang saya siapkan adalah CV dan beberapa surat rekomendasi dari kepala sekolah. Keduanya dalam bentuk softcopy dan dikirimkan lewat aplikasi SIMPKB. Selanjutnya mengisi esai yang juga dilakukan di aplikasi itu.
Pengisian esai butuh refleksi dan kemampuan mengingat beberapa kegiatan atau kejadian yang pernah CGP hadapi. Menurut saya tidak sulit, hanya perlu menuangkannya secara runtut dan jelas.
Jika lolos, selanjutnya masuk ke tahap kedua, yaitu tes wawancara dan simulasi mengajar (keduanya secara online). Tes simulasi mengajar saya pada siang hari (sekitar jam 13.00 WIB). Saya beruntung, saya ada di sekolah. Saya bisa lebih fokus dan jaringan internet lebih stabil. Saat pelaksanaan, jaringan internet tidak bermasalah.
Sebelum mulai tes simulasi mengajar, saya mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP itu sebelumnya diunggah di aplikasi SIM Guru Berbagi.
RPP dibuat untuk 10 menit mengajar. Saya harus menampilkan kegiatan seperti urutan pembelajaran yang semestinya walaupun konten bisa saya kemas sedemikian rupa karena ketersediaan waktu yang hanya 10 menit. Akhirnya tes simulasi mengajar dapat saya lalui. Di akhir sesi saya diberi beberapa pertanyaan yang harus saya jawab.
Ternyata, yang bermasalah bukan koneksi internet saya tetapi aplikasi SIMPKB. Lega rasanya. Pada tes wawancara diberi pertanyaan yang hampir mirip dengan pertanyaan di pengisian esai.
Saya agak kesulitan menjawab rincian soal pelatihan-pelatihan yang pernah saya alami, berkaitan dengan tanggal dan detail materi dan jumlah jam pelatihan.
Selesksi tahap pertama selesai dengan diterbitkannya surat keputusan (SK), seperti juga pengumuman seleksi tahap satu. SK dapat diperoleh di SIMPKB. Setelah seleksi tahap kedua lolos, kegiatan berikutnya adalah mengikuti PGP selama enam bulan (Saya angkatan 5, angkatan sebelumnya selama 9 bulan).
Lokakarya tatap muka PGP dilakukan di tingkat kota atau kabupaten. Momen ini menggugah saya, melambungkan rasa penasaran, yang selama ini berkecamuk di benak. Saya mengikutinya di Hotel Alana Malioboro Yogyakarta (Saya CGP dari Kota Yogyakarta).
Baca juga: Kemendikbud Buka Rekrutmen 20.000 Calon Guru Penggerak 7 di 446 Daerah
Pelaksanaan acara itu, walaupun sehari, cukup membuka wawasan saya, menjawab rasa penasaran saya, pertanyaan ‘mau dibawa kemana’ terjawab. Akhirnya, perjalanan panjang, mengikuti PGP selama 6 bulan dimulai.
Diklat (pendidikan pelatihan) PGP menggunakan LMS (Learning Management System) secara online dan lokakarya (sebulan sekali) secara luring (luar jaringan/tatap muka).
Ini merupakan hal menarik dan baru bagi saya, sebuah mekanisme belajar secara online dengan sistematika tertentu yang disebut MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi materi, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata).
Saya telah melalui dua modul. Pada modul pertama saya diajak untuk memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantoro (KHD) dan pada modul kedua diajak untuk memahami nilai dan peran Guru Penggerak.
Seteah memahami modul satu, saya senang dan bersemangat. Rasanya seperti disiram air es sehingga saya seperti terbangun dan sadar kembali. Saya diajak untuk memaknai panggilan saya menjadi guru, di mana saya harus menghamba pada murid, berpihak pada murid, memerdekakan murid dalam belajar, menuntun segala kodrat alam dan kodrat zaman murid, dan saya bagaikan seorang petani yang dengan senang dan gembira merawat tanaman padinya.
Wujud dari itu semua, saya harus menjadi guru yang memegang teguh nilai guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Kesemua itu diwujudkan dalam peran guru penggerak yaitu pemimpin pembelajaran, coach bagi guru yang lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.