Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Remaja Hadang Truk, Ini Alasannya Menurut Pakar Unair

Kompas.com - 16/06/2022, 12:49 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan ini masyarakat dihebohkan dengan fenomena remaja yang menghadang truk.

Aksi berbahaya ini dilakukan para remaja demi membuat konten. Namun yang membuat fenomena ini makin miris, sudah ada kejadian remaja justru terlindas truk karena sengaja menghadang truk demi membuat konten.

Meski sudah memakan korban, tapi aksi serupa masih terjadi di beberapa daerah.

Fenomena ini juga menarik perhatian Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Wiwin Hendriani.

Baca juga: Valbury Group Buka Lowongan Kerja bagi S1, Fresh Graduate Bisa Daftar

Alasan dibalik remaja menghadang truk

Wiwin mengatakan, ada sejumlah alasan di balik aksi para remaja tersebut. Menurutnya, menghadang truk untuk sebuah konten media sosial adalah bagian dari persoalan perilaku remaja sebagai akibat dari proses belajar yang salah dalam menghadapi tren di media sosial.

Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) ini mengatakan, remaja masih berada pada tahap perkembangan dan belum sepenuhnya matang.

Sehingga, mereka masih berproses untuk mengenali dan membentuk identitas dirinya.

"Hal ini bermuara pada sikap dan perilaku remaja yang labil, mudah terbawa pengaruh sekitar, mudah terstimulasi oleh hal-hal yang menarik baginya, dan banyak didorong kebutuhan memperoleh pengakuan orang lain," terang Wiwin seperti dikutip dari laman Unair, Kamis (16/6/2022).

Baca juga: Risiko Pernikahan Dini Menurut Pakar UM Surabaya, Picu Kanker Rahim

Peran orangtua dan keluarga

Wiwin menegaskan, hal pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi maraknya aksi hadang truk demi konten adalah orangtua dan keluarga fokus pada pendampingan pada remaja.

Dia menekankan, pendampingan orangtua dan keluarga ini dapat diukur melalui dua pertanyaan yaitu:

1. Sudah cukupkah selama ini memberikan stimulasi perkembangan yang mampu menguatkan kontrol diri anak?

2. Sudah tepatkah langkah orangtua dan keluarga dalam membantu anak memahami dirinya dengan baik, mampu mengelola emosinya. Sehingga anak remaja memiliki wawasan serta keterampilan sosial yang memungkinkannya memilih perilaku yang tepat di tengah beragamnya pengaruh di sekitar?

"Pada banyak kasus dari anak dan remaja yang memunculkan problem perilaku, sering ditemukan data,kurang baiknya relasi anak dengan orangtua," papar Wiwin.

Baca juga: Jalur Mandiri yang Masih Dibuka UM, Intip Syarat dan Jadwalnya

Bahkan tidak jarang persoalan perilaku pada remaja timbul akibat adanya konflik atau ketidaknyamanan dalam keluarga. Akibatnya, remaja mengalihkan konflik itu dengan mencari kesenangan atau pengakuan di tempat lain.

Mendampingi perkembangan remaja beda dengan anak-anak

Wiwin menambahkan, orangtua perlu menyadari bahwa mendampingi perkembangan remaja tidak dapat disamakan begitu saja dengan mengasuh anak-anak.

Mengingat, setiap tahapan memiliki kekhasan karakteristik dan kebutuhan masing-masing. Untuk itu, orang tua perlu melakukan berbagai penyesuaian.

"Pendampingan yang mendukung perkembangan kemampuan berpikir remaja perlu dilakukan dengan memperbanyak ruang dialog dan diskusi, dengan meluaskan pula topik pembicaraan yang dapat memberikan stimulasi lebih dan memperkaya pengetahuan remaja dengan berbagai macam wawasan," ungkap Wiwin.

Baca juga: Waspada Bullying di Sekolah, Ini Dampaknya bagi Korban dan Pelaku

Wiwin menyampaikan, selain orangtua dan keluarga, mengutip Teori Ekologi oleh Bronfenbrenner, bahwa sekolah yang di dalamnya terdapat guru dan teman sebaya adalah bagian dari mikrosistem tumbuh kembang individu yang perlu dioptimalkan peran-peran positifnya dalam tumbuh kembang remaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com