Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Halim Fathani
Dosen

Pemerhati Pendidikan. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (UNISMA).

Menjadi Pribadi yang Cerdas

Kompas.com - 23/05/2022, 09:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CERDAS. Itulah kata-kata yang selalu diimpikan oleh banyak orang termasuk diri kita masing-masing.

Setiap orang di antara kita tentu menginginkan menjadi pribadi yang cerdas. Cerdas yang bagaimana? Atau cerdas yang seperti apa?

Ketika dulu -pada saat belajar- di sekolah tingkat dasar (SD); kita (minimal saya) selalu punya persepsi bahwa teman kita yang cerdas itu adalah teman dalam satu kelas yang nilainya paling tinggi atau yang punya peringkat 1, peringkat 2, atau peringkat 3.

Itulah ukuran atau indikator sederhana yang biasanya kita sebut sebagai orang cerdas.

Sehingga tidak heran jika di antara kita, akhirnya banyak yang memiliki target memperoleh nilai tertinggi, sehingga mendapatkan label peringkat 1, 2, 3. Itulah persepsi ‘cerdas’ saat itu.

Atau ada juga sebagian pihak yang memiliki persepsi bahwa orang yang punya nilai tinggi di bidang matematika. Itulah orang yang ‘dianggap’ cerdas.

Benarkah persepsi seperti ini? Ya, bisa benar, bisa juga kurang benar.

Kecerdasan Majemuk

Dalam konteks ini, penulis perlu menyampaikan satu pendapat tentang kecerdasan. Kita bisa merujuk pada pendapatnya Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligences).

Gardner (1993) mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut: kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata; kemampuan untuk menghasilkan masalah baru untuk dipecahkan; dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam budaya suatu masyarakat.

Terkait kecerdasan majemuk, intinya adalah bahwa setiap individu itu adalah individu yang cerdas.

Cerdas di bidang apa? Cerdas di bidangnya masing-masing.

Secara sederhana kecerdasan adalah kemampuan seorang individu untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Dalam menyelesaikan masalah tersebut masing-masing punya jalan atau cara sendiri-sendiri yang belum tentu sama antarindividu.

Sependapat dengan Gardner, praktisi Pendidikan Indonesia Munif chatib dalam buku “Sekolahnya Manusia”, menegaskan bahwa setiap siswa merupakan individu yang cerdas.

Kita tidak bisa memaksa agar semua anak harus pintar matematika, pintar bahasa atau pintar yang lain. Yang jelas, masing-masing anak punya kecerdasan di bidangnya masing-masing.

Yang perlu digarisbawahi dalam konteks kecerdasan adalah kecerdasan bersifat dinamis. Tidak statis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com