Sebaliknya, sebagai pekerja, kita dapat menyampaikan/menceritakan kepada atasan dan kepada rekan kerja mengenai situasi/kondisi tugas-tugas dalam perkuliahan yang sedang kita hadapi.
Baca juga: Tahun Ajaran 2022/2023, Unpad Gelar 40 Persen Perkuliahan di Kampus
Berharap, dosen, teman-teman satu kelompok ataupun atasan, dan rekan-rekan kerja dapat memahami kondisi/kesulitan yang sedang kita hadapi, dan dapat memberikan dukungan/bantuan berupa kompromi atau penyesuaian terhadap jumlah ataupun tenggat waktu penyelesaian tugas.
Faktor kedua, penyelesaian tugas berdasarkan prioritas. Mahasiswa perlu mendefinisikan dan menentukan prioritas tugas dengan jelas untuk menghindari dampak dari tekanan waktu. Seringkali kita mendefinisikan prioritas tugas berdasarkan hal yang penting dan bersifat segera (mendesak).
Dengan terbiasa mengerjakan hal-hal yang penting dan bersifat mendesak, lama-kelamaan kita memiliki kebiasaan untuk mengerjakan hal-hal yang mendekati tenggat waktu (deadline), dan mengabaikan hal-hal yang penting namun tidak bersifat mendesak.
Dalam menyusun jadwal tugas, justru kita perlu memprioritaskan penyelesaian tugas/pekerjaan yang penting, tapi tidak bersifat mendesak, atau masih memiliki tenggat waktu (deadline) yang cukup lama.
Dengan demikian, pada saat mendekati tenggat waktu, diharapkan penyelesaian tugas penting sudah mendekati (100 persen) target penyelesaian.
Baca juga: 3 Mahasiswa Unesa Kalahkan Tim ITB dan UI di Ajang MMC 2022
Prioritas untuk menyelesaikan tugas penting yang tidak bersifat segera, akan sangat baik jika disertai dengan sikap fokus atau tidak membiarkan diri diganggu oleh telepon genggam (notifikasi aplikasi) ataupun notifikasi email yang tidak relevan dengan penyelesaian tugas.
Faktor ketiga, istirahat sejenak secara psikologis (psychological detachment). Menurut studi yang dilakukan oleh Sonnentag (2012), istirahat sejenak secara psikologis yang dilakukan individu di tengah-tengah penyelesaian tugas/pekerjaan, dapat mengurangi efek emosi negatif ataupun perasaan tertekan yang dialami.
Istirahat sejenak secara psikologis berarti melupakan/mengalihkan pikiran dari tugas/pekerjaan yang sedang dihadapi (mentally disconnected from work). Ketika kita beristirahat sejenak secara psikologis, pikiran kita terlepas dari tugas/pekerjaan.
Pada saat itu adalah kesempatan bagi pikiran kita untuk relaks, terbebas dari beban dan kesempatan bagi pikiran kita untuk memikirkan hal-hal lain yang bersifat positif atau hal yang menimbulkan emosi positif, yang membuat pikiran kita segar (refresh) dan kembali antusias/bersemangat.
Istirahat sejenak secara psikologis dapat kita lakukan dengan menyempatkan diri, di tengah-tengah waktu penyelesaian tugas/pekerjaan, untuk beristirahat/mengalihkan pikiran pada aktivitas yang kita sukai atau tanpa memikirkan tugas pekerjaan ataupun tugas kuliah, untuk sementara waktu (sekitar 10-15 menit).
Baca juga: Mendikbud Ristek Ajak Mahasiswa Ikut Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2
Psychological detachment dalam waktu 10-15 menit sangat baik disertai dengan cara mengatur nafas sambil memikirkan hal yang positif (bersyukur/berterima kasih atas berbagai hal baik yang kita alami).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.