Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Ini 3 Keunggulan Kurikulum Merdeka bagi Sekolah, Guru, dan Murid, Apa Saja?

Kompas.com - 18/02/2022, 15:33 WIB
Hisnudita Hagiworo,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka pada Jumat (11/2/2022) secara virtual.

Kurikulum terbaru tersebut memiliki perbedaan mendasar ketimbang kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia. Paling kentara, Kurikulum Merdeka tidak lagi menyertakan kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Hal itu berarti, guru dan murid tidak lagi terbelenggu pada nilai agar bisa mencapai KKM. Sebagai gantinya, guru diberi keleluasaan dalam menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran pada peserta didik.

Baca juga: Kurikulum Merdeka dan Kemerdekaan dalam Supervisi

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Riset) Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, inti Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Melalui konsep itu, Kurikulum Merdeka diciptakan dengan tiga keunggulan mendasar bagi murid, guru, dan sekolah.

Pertama, jelas Menteri Nadiem, materi yang diajarkan lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum Merdeka akan fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik sesuai fasenya.

Para guru juga memiliki kesempatan untuk mendalami materi pelajaran dan tidak terburu-buru untuk berpindah ke materi berikutnya. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep dengan lebih mendalam.

Kedua, lebih merdeka. Nadiem mencontohkan, dalam Kurikulum Merdeka, tidak ada peminatan atau jurusan pada siswa sekolah menengah atas (SMA).

Baca juga: Kemendikbudristek Anggap Wajar Banyak Pihak Bingung soal Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka

“Peserta didik dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di dua tahun masa SMA,” kata Nadiem dalam episode ke-15 Merdeka Belajar yang disiarkan di kanal Youtube Kemendikbud Riset, Jumat.

Bagi para guru, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan dalam mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah juga diberikan kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum sesuai dengan karakteristik sekolah tersebut.

Ketiga, Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan berbasis proyek di dalam kelas. Dengan demikian, peserta didik akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan saat lulus sekolah, seperti bekerja dalam kelompok dan menghasilkan suatu karya.

Menurut Nadiem, hal tersebut merupakan poin penting dalam Kurikulum Merdeka. Dengan pembelajaran berbasis pengalaman, para peserta didik dapat lebih mudah memahami suatu konsep pelajaran.

Baca juga: Selamat Datang Kurikulum Merdeka, Sayonara KKM

“Selain berguna untuk skill di masa depan, kurikulum ini akan bermanfaat untuk pendidikan karakter murid. Karakter murid akan dibangun dengan mengerjakan proyek-proyek bersama teman-teman dan guru,” tuturnya.

Adapun sejumlah proyek yang dilakukan adalah proyek lingkungan, kebinekaan untuk membangun rasa toleransi, kesehatan untuk mengerti dampak kesehatan, literasi digital, dan proyek penting lain.

Proyek-proyek tersebut disusun secara interaktif untuk memantik peserta memahami konsep tertentu. Contohnya, memantik siswa untuk saling menghargai perbedaan saat menjalankan proyek kebinekaan.

Menteri Nadiem menjelaskan, meski Kurikulum Merdeka telah resmi diluncurkan, sekolah tidak dipaksa untuk segera mengaplikasikannya. Sekolah yang merasa belum siap berubah boleh tetap menggunakan kurikulum 2013. Sekolah juga diperbolehkan memilih Kurikulum Darurat bila masih belum berani melakukan perubahan pembelajaran secara besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com