Oleh: Muhchamad Haris Tarmidi | Guru SDN 1 Puguh, Kendal, Jawa Tengah dan Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation
KOMPAS.com - Kurikulum Prototipe resmi menyandang nama baru yakni, Kurikulum Merdeka. Semangat adanya kurikulum baru ini sangatlah jelas yaitu dalam rangka pemulihan pembelajaran.
Kurikulum ini diharapkan dalam mengatasi krisis pembelajaran yang menyebabkan pendidikan semakin tertinggal akibat hilangnya pembelajaran (learning loss) karena pandemi yang menerpa segala sendi kehidupan tak terkecuali pendidikan.
Kemendikbud Ristek memang masih membebaskan sekolah untuk memilih satu dari tiga kurikulum yang disediakan. Kurikulum tersebut adalah, pertama Kurikulum 2013 secara penuh. Kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan. Serta ketiga, Kurikulum Merdeka.
Lalu apa keunggulan dari Kurikulum Merdeka daripada kurikulum lainnya sehingga sekolah bisa tertarik menerapkannya? Lalu bagaimana implementasinya dalam pembelajaran yang lebih berorientasi atau pro kepada siswa?
Kurikulum ini didesain dengan sederhana namun sangat fokus kepada materi esensial sehingga pembelajaran lebih bisa mendalam karena punya cukup waktu. Hal ini dikarenakan Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun.
Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang ditetapkan.
Selain itu pembelajaran jadi lebih menyenangkan dan bermakna karena sesuai dengan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya.
Baca juga: Selamat Datang Kurikulum Merdeka, Sayonara KKM
Sebagai contoh ketika melakukan pembelajaran rangkaian listrik, guru dapat mendesain pembelajaran yang dikolaborasikan dengan pembuatan diorama rumah impian siswa.
Di dalam diorama tersebut siswa juga membuat rangkaian listrik baik seri, paralel, maupun campuran. Hal itu tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dengan adanya Kurikulum Merdeka ini, hal itu cukup mengakomodir proyek-proyek siswa yang serupa.
Guru sangat fleksibel dalam menyusun rancangan pembelajarannya. Hal ini bisa dilakukan untuk menyesuaikan dengan kemampuan siswanya. Bisa juga sesuai dengan kearifan lokal yang ada di lingkungan sekitar.
Misal, ketika melakukan pembelajaran perkembangbiakan hewan dan tumbuhan, siswa bisa mengeksplorasi melalui sajian makanan dari budaya kenduri yang banyak dilakukan masayarakat setempat.
Siswa bisa mengidentifikasi bagian apa saja yang dimanfaatkan dari hewan dan tumbuhan yang ada di dalam sajian kenduri. Siswa juga bisa mengeksplorasi bagaimana cara perkembangbiakan dari hewan dan tumbuhan yang dijadikan sajian.
Selain itu siswa juga belajar menghargai budaya lokal setempat. Kegiatan tersebut lazim kita sebut dengan etnosains.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu kegiatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran adalah melalui kegiatan berbasis proyek siswa.