Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kata Gaul Masuk KBBI, Bagaimana Bisa?

Kompas.com - 15/12/2021, 05:35 WIB
Erwin Hutapea

Penulis

KOMPAS.com - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan kamus yang disusun dan dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Tujuannya adalah memberi informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia.

Kali pertama diluncurkan pada 1988, KBBI telah terbit lima edisi dan terus mengalami perkembangan.

Seturut dengan perubahan zaman, edisi kelima diluncurkan bertepatan dengan peringatan ke-88 Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2016, yaitu KBBI Daring yang dapat diakses di kbbi.kemdikbud.go.id serta versi luring yang bisa diakses di platform Android dan iOS.

Fitur yang disajikan adalah pencarian dan pengayaan kosakata yang memungkinkan masyarakat untuk menyumbangkan kosakata. Selain itu, ada fitur etimologi yang menjelaskan asal-usul sebuah kata.

Dari berbagai kosakata baru yang masuk KBBI, tidak sedikit yang mengikuti perkembangan era keterbukaan dan kecanggihan teknologi.

Bisa dibilang hal itu sebagai kemunculan kata gaul atau istilah kekinian dalam beberapa tahun terakhir yang lazim ditemui dalam percakapan dan pergaulan anak muda zaman now.

Kata-kata gaul alias istilah kekinian itu antara lain berupa kata dasar, akronim, kata imbuhan, terjemahan, padanan, serta kata serapan dari bahasa asing dan bahasa daerah.

Sejumlah contoh yang bisa ditemukan misalnya mager, pansos, alay, julid, baper, mengegas, ambyar, bukber, gaptek, dan maksi.

Tidak hanya itu, ada juga kata-kata lain, seperti naravlog, pendengung, pulkam, gebetan, kepo, lebay, meme, bucin, bumil, gocujang, dan hamper.

Lalu, apa yang membuat Badan Bahasa mengakomodasi fenomena kemunculan kata-kata gaul atau istilah kekinian itu sehingga bisa masuk KBBI?

Baca juga: Siswa, Yuk Kenali Kata Gaul dalam Bahasa Inggris yang Biasa Digunakan

Redaktur KBBI dari KKLP Perkamusan dan Peristilahan Dewi Puspita mengatakan bahwa hal itu berhubungan dengan persetujuan dan subyektivitas para anggota tim penyusun KBBI yang memiliki latar belakang berbeda.

“Agak subyektif ya, tim di KBBI terdiri dari banyak orang berlatar belakang, usia, dan pengalaman yang beda. Ada yang setuju dan enggak, terutama untuk kata-kata cakapan seperti itu,” ujar Dewi dalam perbincangan dengan Kompas.com, beberapa hari lalu.

Dia mengatakan, di KBBI edisi sebelumnya, kata cakapan bisa diterima dan masuk setelah bertahan selama beberapa generasi. Dengan demikian, tidak sembarang kata bisa langsung masuk.

Sebagai perbandingan, ucap Dewi, sekitar 10 sampai 15 tahun lalu ketika era media cetak masih populer di Indonesia dan media daring belum eksis, tim perumus KBBI memperhatikan secara langsung frekuensi pemakaian suatu kata baru di surat kabar, majalah, tabloid, dan berbagai jenis media massa lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com