Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Webinar Undip: Cegah Hoaks Covid-19 dengan Literasi Kesehatan Digital

Kompas.com - 02/12/2021, 08:39 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Retno Tanding Suryandari mengatakan, berita bohong atau hoaks mengalami peningkatan di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Mafindo telah mendata bahwa tahun 2020 ini ada sebanyak 2.298 hoaks yang muncul di tahun 2020. Sebanyak 788 atau 34,3 persen di antaranya merupakan hoaks tentang Covid-19.

Sedangkan di tahun 2021, rasio ini menurun dari 2298 menjadi 1.044 hoaks yang baru. Namun, masih ada sekitar 25 persen yang merupakan hoaks tentang Covid-19.

Hal ini disampaikan Retno dalam acara webinar yang diadakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) dengan tema 'Pentingnya Literasi Kesehatan Digital dalam Mencegah Penyebaran Hoaks Covid-19'.

Baca juga: Anak Usaha Kimia Farma Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan D3, Yuk Daftar

Akses internet picu berkembangnya berita hoaks

Retno menilai, akses internet membuat manusia memasuki era baru. Hal ini pula yang menjadi salah satu penyulut mudahnya hoaks berkembang. Sebelum memasuki era internet, berita hanya bisa diakses melalui televisi, radio serta koran sedangkan masyarakat hanya jadi penikmat saja.

Kondisi ini berbeda dengan sekarang ketika internet sudah muncul dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat.

Retno menjelaskan, dengan adanya media sosial memungkinkan seseorang tidak hanya menjadi penikmat informasi saja. Masyarakat tidak hanya berperan sebagai pembaca atau pendengar tapi juga pembuat berita dan juga penyebarnya.

"Dari pintu inilah hoaks bisa muncul dan tersebar. Kadang jari kita lebih cepat dari apa yang kita pikirkan," ujar Retno seperti dikutip dari laman Undip, Rabu (1/12/2021).

Baca juga: Calon Mahasiswa, Ini 10 Alasan Memilih Jurusan Desain Produk

Alasan  hoaks mudah menyebar

Namun fakta di lapangan, masyarakat seringkali membagikan tanpa mencerna informasi itu terverifikasi benar atau tidak. Maka dari itu pentingnya memahami literasi kesehatan digital di tengah derasnya arus informasi. Retno menambahkan, ada beberapa alasan yang menyebabkan hoaks mudah tersebar yaitu:

1. Bentuk partisipasi masyarakat

2. Mencari pengakuan atau eksistensi

3. Mendapatkan profit

4. Bentuk provokasi

5. Propaganda

Baca juga: Ditjen Dikti Buka Program Praktik Kerja Lapangan, Mahasiswa Yuk Daftar

Perlu komunikasi tegas dan jelas agar masyarakat paham

Sementara itu pembicara lain, Peneliti dari Centre for Health Economics & Policy Innovation Imperial College London Dian Kusuma menyampaikan, perlu komunikasi yang tegas dan jelas kepada masyarakat. Karena apapun yang disampaikan pemimpin atau ahli, itulah yang coba dimengerti masyarakat.

Ketua Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universitas Diponegoro (Undip) Syamsulhuda Budi Musthofa mengatakan,webinar bertajuk 'Pentingnya Literasi Kesehatan Digital dalam Mencegah Penyebaran Hoaks Covid-19' ini bisa menjadi bagian dari upaya mengedukasi masyarakat, terutama pemerhati masalah kesehatan.

Dia menegaskan, di tengah pandemi Covid-19 banyak berita dan informasi dari berbagai media. Namun masyarakat harus pintar dalam mencerna informasi tersebut, apakah memiliki nilai informasi benar atau salah.

Baca juga: Perusahaan Tambang Ini Buka Lowongan Kerja bagi D4/S1-S2, Yuk Daftar

Hal ini menjadi tantangan bagi promotor kesehatan dan tenaga pelayanan kesehatan untuk menindak-lanjutinya.

"Adanya literasi kesehatan digital dilakukan untuk mencegah penyebaran hoaks Covid-19, dengan harapan bisa memberikan pencerahan serta edukasi bagi peserta terutama para pemerhati masalah kesehatan," ujar Syamsulhuda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com