Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangkunegoro VI Sang Reformis: Sebuah Biografi

Kompas.com - 30/11/2021, 09:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Berkaitan dengan gender, zaman dahulu perempuan masih terbelenggu dengan batasan-batasan adat. Perempuan masih berada di belakang kaum lelaki. Era Mangkunegara VI, perempuan sudah diizinkan melangkah lebih jauh dalam hal kesetaraan.

Pemerhati budaya sekaligus pemilik Rumah Budaya Keratonan, Krisnina Akbar Tandjung, menyebut Mangkunegara VI bisa mendukung emansipasi perempuan dari upaya beliau mendirikan sekolah Siswarini. "Saat itu pula, Mangkunegara VI juga pernah mengirim 4 penari ke Paris," jelasnya perempuan yang akrab disapa Nina ini.

Ia menjelaskan, kemajuan pendidikan perempuan di era Mangkunegara VI juga melesat. Meski, dalam urusan ekonomi Mangkunegara VI punya kendala yang berat.

"Mangkunegara IV mendirikan pabrik, Mangkunegara V bisa menikmati hasilnya. Tetapi Mangkunegara VI berkata saya tidak akan menyewakan tanah itu lagi, karena tanah sudah terlalu lama diatur kolonial. Lebih baik jika kontrak habis akan diolah bersama rakyat," jelas Nina.

Pendiri IKAT Indonesia, Didiet Maulana mengatakan justru spirit Mangkunegara VI bisa dicontoh generasi sekarang. "Pandemi membuat digitalisasi semakin cepat. Jika tidak diatur akan membuat kita kehilangan identitas. Padahal identitas penting untuk membangun karakter," kata dia.

Baca juga: Beasiswa S2 di Swedia 2022, Kuliah Gratis dan Uang Saku Rp 15 Juta Per Bulan

Identitas, berkaitan dengan akar budaya dan Didiet menilai jika masyarakat bisa menanamkan budaya pada digitalisasi akan menjadi identitas yang kuat. "Mangkunegara VI mengingatkan kita kembali. Teknologi bisa maju tapi sejarah harus tetap dijaga. Misalnya, dari segi busana beliau termasuk rebellion,"ujarnya.

Sebagai perancang busana, ia melihat Mangkunegara VI tidak hanya mengubah tampilan visual saja, tetapi mengubah fungsi. "Dulu pria rambut panjang saat itu disarankan untuk potong rambut. Bersih dan efisien. Ada busana yang diubah beliau, namun tidak mengurangi estetika," tambahnya.

Busana dibuat serba substansial, karena pekerjaan yang menuntut seseorang harus bekerja lebih cepat. "Pada saat beliau pula ada udeng instan dibuat lebih cepat. Karena itu, berbusana menjadi sebuah alat yang mencerminkan fungsi," tambahnya.

Mangkunegara VI memadukan pakaian Eropa dengan Jawa sehingga keris bisa digunakan. "Memang semua ide yang beliau keluarkan agar pemuda bisa efisien dalam hal kerjaan. Beliau juga membuat 13 motif batik. Enterprenuer sekali sehingga batik lebih luas lagi pasarnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com