Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2021, 12:17 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Penulis : Teguh Afandi | Editor Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama

Aku bilang ke Kakek Kia, sulit menemukan ‘kebenaran’ dalam kamus. Lalu, dia tampak sedikit sedih. Dan kata Kakek Kia, “Lebih sulit lagi menemukannya di dunia nyata.” (Novel “Di Tanah Lada”, hlm. 210)

KOMPAS.com - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, salah satu penulis Indonesia yang memiliki ketertarikan khusus terhadap dunia anak-anak.

Meski tidak pernah sekalipun melabeli dirinya sebagai penulis buku anak, namun dari beberapa bukunya dia hampir selalu mengambil suara anak-anak sebagai suara dominan dalam karya-karyanya.

Dalam novel "Di Tanah Lada", yang dinobatkan sebagai pemenang kedua sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta 2014, Ziggy mengungkapkan bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menjadi luka yang ajeg berdiam dalam benak kanak-kanak tokoh.

Luka psikologis yang diderita dua tokoh Salva dan P, menapak begitu dalam di sanubari belia mereka. Derita psikologi sampai membuat mereka memandang hidup tanpa keyakinan utuh.

Hingga dalam benak Salva, si tokoh utama, tumbuh pesimistis untuk sulit menemukan ‘kebenaran’ dalam kamus. Namun lebih sulit menemukannya di dunia nyata.

Salva, gadis berusia enam tahun, memiliki Papa yang gemar menyiksa dan bermain judi.

Tinggal seatap namun disia-siakan seperti sampah. Tidak boleh tidur sekamar, dicaci, bahkan dikunci di kamar mandi. Dalam benak Salva, tampang Papa memang seram. Mirip monster-monster atau raksasa, besar, gendut dan berwajah marah. (hal.2)

Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dan teraman bagi anak berubah menjadi area berhantu dan menyeramkan bagi Salva. Maka sosok Kakek Kia, yang tampil sebagai pemeran pengganti ayah Salva.

Mengajari banyak hal, menjelaskan hal-hal baru, dan selalu menjadi rujukan Salva selain kamus Bahasa Indonesia yang selalu ditentengnya.

Hal unik yang sedari awal mencuri perhatian di novel ini adalah keberadaan kamus yang tidak pernah jauh dari sosok Salva. Diceritakan bahwa Salva sering kali tidak mengerti kata-kata yang diomongkan oleh orang dewasa.

Kepolosan dan keluguan tampak mendominasi tubuh novel. Seperti konyolnya Salva saat memandang pucuk Monas sebagai es krim dan bertanya kepada Mama apa rasa es krim Monas.

 

Tidak mendapatkan jawaban benar, maka Salva bertanya kepada Kakek Kia, dijawab seperti menjilat pagar besi. Jadi, aku diam-diam menjilat pagar besi dan rasanya tidak enak. Sejak itu, aku berhenti berniat memakan monas. (hlm. 177)

Meskipun tampak polos, ada nganga luka di pikiran Salva dan P. Kekerasan dari ayah masing-masing, membuat keduanya beranggapan bahwa semua ayah di dunia ini kejam. Hanya mama, kakek, dan nenek yang baik.

Hingga diam-diam mereka tidak pernah mau menjadi papa. Atau kalau ingin menjadi papa harus kejam dan keji seperti yang dicontohkan oleh kedua orangtuanya. Kamu nggak perlu papa yang baik untuk bahagia. (hlm. 197).

Novel Baru Ziggy

Novel terbaru Ziggy, Kita Pergi Hari Ini atau Tempat-Tempat Indah dalam
Mimpi-Mimpi Anak-Anak Baik-Baik juga mempergunakan kepolosan dan keluguan anak-anak untuk mengkritik banyak hal.

Novel dengan mengyoroti tokoh bernama Nona Gigi yang digambarkan sebagai Kucing Luar Biasa yang membantu merawat tiga bersaudara, Mi, Ma, dan Mo.

Lantas mereka berkelana ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa, bertemu dengan Kolonel Jagung, naik Kapal Air, bermain di Sirkus Sendu, dan lain lain.

Tampak gemas dan lucu penuh petualangan sebagaimana novel anak. Apalagi Ziggy menambahkan ilustrasi buah karyanya sendiri. Namun, sejatinya hal yang dikritik Ziggy terutama “hal-hal dewasa” di luar obrolan anak-anak sungguhlah kentara.

“Cukup banyak isu itu aku sentuh di dalam novel ini. Aku menggunakan sudut pandang anak-anak, jadi menyentil isu penting tapi dari sudut pandang anak-anak,” ujar Ziggy ketika soft launching novel Kita Pergi Hari Ini di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF), 14 Oktober 2021 lalu.

Ada perkara stigma anak laki-laki dan anak perempuan yang berkembang di tengah masyarakat, ada eksploitasi binatang oleh manusia, juga bagaimana perbedaan kelas di tengah masyarakat.

Sebuah kelindan isu yang tampak kontras dengan kegemasan cover dan ilustrasi yang ada di buku.

Demikianlah kecerdasan Ziggy sebagai penulis. Selain menyusupkan isu-isu tersebut, Ziggy juga menyusun novel ini dengan kalimat yang unik sekaligus ajaib.

Beberapa kata homonim ditubrukkan begitu saja, beberapa diskripsi “polos” ala anak-anak yang muncul, juga bagaimana catatan kaki fiktif yang menjadi pengalaman membaca yang baru.

 

Promo Diskon GramediaDok. Gramedia Promo Diskon Gramedia

Novel yang telah terjual hampir 1500 eksemplar selama tidak lebih dari 24 jam pertama masa pre-ordernya ini, tentu akan menghadirkan pengalaman membaca novel dengan suara anak-anak yang polos, tetapi juga meninggalkan gaung kuat.

Bahkan mungkin novel ini menjadi satu-satunya novel di Indonesia yang menggunakan alternatif judul, bukan subjudul.

Ada dua judul di novel ini. Khusus untuk hal ini, Ziggy menyampaikan bahwa ini adalah keputusan setelah melakukan riset novel-novel klasik di tahun 1920-an.

“Itu sebenarnya dari hasil riset saya tentang penulis perempuan di tahun 1920-an. Di masa itu orang-orang sering menggunakan dua alternatif,” Ziggy menjawab ketika ditanya saat soft launching minggu lalu.

Novel Kita Pergi Hari Ini masih dalam masa pre-order mulai 14-25 Oktober 2021. Pembelian selama masa pre order akan mendapatkan tanda tangan basah dari Ziggy.

Sebuah hal langka sekaligus mejadi kesempatan membaca kisah Mi dan Ma dan Mo dan Fifi dan Fufu bersama Nona Gigi. Kita Pergi Hari Ini (gramedia.com)

Jika kamu juga ingin mengikuti cerita Salva di novel Di Tanah Lada, ada di sini ya link untuk mendapatkan bukunya: Di Tanah Lada (gramedia.com).

Jangan lupa cek ini juga ya : https://bit.ly/voucher_artikel ada bonus tambahan untukmu.

Dok buku Di Tanah Lada bisa dilihat di akun instagram Sastra GPU : https://www.instagram.com/p/CSIk4TUBNWq/

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com