Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Rektor Menentukan Kemajuan dan Keberlanjutan Universitas

Kompas.com - 11/10/2021, 12:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Memiliki manajemen emosi yang baik adalah salah satu kualitas penting yang wajib dimiliki oleh seorang rektor. Artinya, ia harus mampu mengendalikan egonya demi kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi maupun golongan.

Sebagai manusia, seorang rektor harus sudah selesai dengan pergulatan dirinya sendiri sehingga ia dapat secara penuh mencurahkan perhatiannya serta mendedikasikan dirinya untuk kemajuan serta keberlangsungan universitas.

Selain itu, ia juga sudah harus mampu melepaskan atribut personalnya, termasuk prodi atau fakultas tempat ia berasal, dan harus berdiri atas nama universitas untuk berpikir tentang kemajuan semua fakultas secara menyeluruh ke arah yang lebih baik.

Kemampuan manajerial wajib dimiliki oleh seorang rektor karena mutu, kualitas dan keberlangsungan universitas dapat dilihat dari strategi pengelolaan sumber daya, terutama terkait dengan SDM (akademik maupun non-akademik), keuangan, sarana dan prasarana, kerja sama dengan berbagai mitra.

Dalam konteks ini, (terutama di PTS) rektor harus kreatif, inovatif, dan memiliki kemampuan problem solving serta berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) karena ia harus mampu menbangun networking, mengembangkan strategi, dan antisipasi untuk membangun reputasi dan keunggulan demi keberlanjutan institusi di masa yang akan datang.

Kualitas ini memang tidak terkait langsung dengan kepakaran atau latar belakang akademik rektor. Kemampuan manajerial bisa didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu,  ia harus terus mengasahnya untuk mempertajam intuisi kepemimpinannya.

Singkatnya, kemampuan manajerial seorang rektor secara potensial akan berdampak positif terhadap mutu universitas dan menjamin kepercayaan masyarakat.

Keteladanan rektor di aspek ini akan menentukan kemajuan dan keberlanjutan institusi dan sekaligus dapat menjadi role model bagi rektor di universitas lainnya.

Kesimpulannya, untuk menjadi rektor dibutuhkan kesiapan, integritas, totalitas, dan kemampuan dalam berbagai aspek.  Ia tidak hanya menjadi citra, tetapi juga faktor penentu atau ujung tombak keberhasilan suatu perguruan tinggi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com