Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Varian Mu Ancam Indonesia, 2 Dosen FK UNS Ingkatkan Hal Ini

Kompas.com - 22/09/2021, 17:41 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia saat ini tengah mewaspadai masuknya Covid-19 varian Mu dari luar negeri.

Kewaspadaan itu muncul usai Covid-19 varian Mu merebak di 49 negara di dunia.

Sejak pertama kali ditemukan di Kolombia, Covid-19 varian Mu yang memiliki nama lain B 1.621, sudah menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Undip Buka PTM Terbatas, Kapasitas Maksimal Hanya 25 Persen

Tercatat, hingga Selasa (21/9/2021), Covid-19 varian Mu telah ditemukan di Finlandia, Korea Selatan, Ekuador, hingga Jepang.

Melihat adanya peluang penularan Covid-19 varian Mu di tanah air, dua dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yaitu Tonang Dwi Ardyanto dan Hendrastutik Apriningsih menyampaikan sejumlah hal kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi mutasi baru Covid-19 ini.

Pertama, masyarakat diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini disampaikan Tonang Dwi Ardyanto yang menyebut ada atau tidak adanya varian baru Covid-19, masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan.

Selain itu, Tonang yang juga Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 RS UNS ini mengatakan, masyarakat harus tetap mendapatkan vaksinasi Covid-19, walau tingkat efektivitas vaksin terhadap varian baru Covid-19 akan menurun.

"Menurut kita fokusnya adalah tidak mencari yang Mu yang mana. Jadi, tenang saja tetap jaga protokol kesehatan. Tentu vaksin tetap kita jalankan. Ada tidak ada vaksin harus Prokes dan ada Prokes pun ya harus vaksin juga. Jadi, dua-duanya kita jalankan dengan baik," kata dia melansir laman UNS, Rabu (22/9/2021).

Tonang menerangkan, ketika muncul varian baru dari hasil mutasi Covid-19, secara logis tingkat efektivitas vaksin akan menurun.

Baca juga: Mahasiswa, Ini 3 Keuntungan Kuliah di Luar Negeri

Sebabnya, vaksin Covid-19 yang tersedia, sudah diproduksi sebelum varian baru Covid-19 muncul.

Namun, Tonang meminta masyarakat untuk tidak meremehkan manfaat dari vaksin Covid-19.

Karena, tingkat 'kesakitan' dan kematian yang dapat disebabkan oleh varian Mu Covid-19 tidak akan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan orang-orang yang belum tervaksinasi Covid-19.

"Contoh di Inggris walau ada varian Delta, tetap angka kematian lebih tinggi pada yang belum divaksinasi. Sekarang yang ramai Singapura, karena mereka baru terkena varian Delta dan ketahuan bedanya, ketahuan mana yang belum dan sudah divaksin," sebut Tonang Dwi Ardyanto.

Mutasi varian Mu perlihatkan gejala lebih spesifik

Hendrastutik Apriningsih menambahkan, mutasi merupakan suatu kebutuhan dari virus untuk tetap dapat hidup.

Pada kasus menularnya Covid-19, Hendrastutik menjelaskan penyakit ini memiliki gejala-gejala yang umum.

Baca juga: Nadiem Makarim: 3 Dampak Negatif Akibat PJJ Berkepanjangan

Dalam artian, orang yang sudah terjangkit Covid-19 akan merasakan batuk, sesak napas, pilek, hingga kelelahan.

Namun, khusus untuk Covid-19 varian Mu, dia mengingatkan jika mutasi baru ini akan memunculkan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Seperti, batuk yang lebih dominan, demam tinggi, dan anosmia.

"Untuk gejala Mu ini hampir sama. Namun, ada tiga yang lebih sering dialami apabila mengalami infeksi Mu ini. Dan, untuk penanganan medis sebenarnya tidak terlalu berbeda dan untuk pencegahan agar tidak terinfeksi juga sama dan yang penting itu protokol kesehatan dan menjaga kebersihan," jelas Hendrastutik.

Untuk mengantisipasi masuknya Covid-19 varian Mu ke Indonesia, Hendrastutik meminta pemerintah untuk memperketat akses keluar dan masuk Indonesia.

Baik warga negara asing atau warga negara Indonesia yang masuk ke tanah air, pemerintah diminta untuk memperlama masa karantina.

Tujuannya, agar Covid-19 varian Mu dapat terdeteksi.

Dia tidak ingin kasus penularan Covid-19 melonjak seperti yang terjadi pada Juni dan Juli lalu ketika varian Delta merebak di Indonesia.

Baca juga: 8 Prodi Sekolah Pascasarjana Unpad Jalani Akreditasi Internasional

"Harapannya, agar memperketat dari luar. Misalnya, dari luar dan masuk ke Indonesia harus dilakukan karantina dalam waktu yang lebih logis dan lama dari pada Delta masuk, karena karantina tidak terlalu lama," tukas Hendrastutik Apriningsih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com