Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Kedaulatan Energi lewat "Gerilya" dan "Patriot Energi"

Kompas.com - 15/09/2021, 21:30 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Sebanyak 100 orang muda terpilih akan ditugaskan selama satu tahun di daerah 4T, untuk melakukan pengabdian masyarakat menjadi fasilitator, pendamping dan pemberdaya masyarakat di desa yang masih belum memiliki aliran listrik.

Program senada, "Gerilya" juga diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Kementerian ESDM.

"Gerilya" yang merupakan akronim dari Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya, merupakan bagian dari implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang bertujuan mengatasi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Inovasi di bidang penciptaan energi bersih menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil,” kata Mendikbud Ristek Nadiem, Jumat (13/8/2021).

"Mas Menteri" menjelaskan, program "Gerilya" ditujukan khusus kepada mahasiswa aktif jenjang sarjana (S1) dan vokasi eksakta untuk membantu optimalisasi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di masyarakat.

Program ini juga menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk bisa berpartisipasi dan berinovasi dalam rangka mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025.

Energi baru terbarukan Indonesia: generasi muda

Chrisnawan Anditya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM menegaskan, keterlibatan akademisi pendidikan tinggi maupun generasi muda menjadi sangat penting dalam melahirkan inovasi pengembangan EBT.

“Pemerintah membutuhkan dukungan bersama, baik pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan generasi muda. Keterlibatan akademisi maupun generasi muda melahirkan inovasi baik dalam pengembangan EBT, pemanfaatan energi surya dan sosialisasi kepada masyarakat," ujar Chrisnawan.

Menjawab tantangan tersebut, SUN Energy yang telah berkiprah di Indonesia selama 5 tahun melalui Chief Commercial Officer Dion Jefferson, menegaskan komitmennya untuk mendukung perguruan tinggi mewujudkan eco campus melalui berbagai program konkrit.

"Termasuk diantaranya, penggunaan energi bersih di lingkungan kampus. Salah satu energi bersih yang paling mudah diinstalasi di bangunan kampus adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)," jelas Dion.

Dion melanjutkan, "pembangunan PLTS ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana riset atau laboratorium sehingga peran kampus dalam mencetak SDM unggul bisa diwujudkan dan bisa melahirkan SDM yang kompetitif di industri masa depan."

Praktik baik kolaborasi pendidikan tinggi dan SUN Energy dalam memperkenalkan PLTS ini di antaranya dilakukan dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan juga Institut Teknologi Sumatera (Itera).

Tidak hanya pembangunan panel surya di kampus sebagai upaya membangun kampus mandiri energi, kerja sama juga dilakukan dalam berbagai lini, mulai dari bantuan perancangan kurikulum, dosen tamu, hingga kesempatan magang dan melakukan riset bersama.

Dalam kesempatan sama, Ahmad Agus Setiawan, Staf Khusus Energi Kantor Kepresidenan menyampaikan komitmen nasional menurunkan gas emisi rumah kaca sesuai Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) 2015 Paris hanya dapat tercapai dengan dukungan riset dan partisipasi generasi muda.

"Ini hanya akan dapat dicapai jika disupport yang sangat kuat dari institusi riset. Bagi saya para pemuda inilah sesungguhnya energi baru terbarukan Indonesia," pungkasnya optimis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com