Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Kulit Salak Jadi Energi Listrik, Ini Inovasi Mahasiswa Universitas Pertamina

Kompas.com - 10/09/2021, 17:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar. Pemerintah terus menggenjot target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di tahun 2025 mendatang.

Hingga Desember 2020 lalu, Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut, bauran EBT baru mencapai 11,20 persen. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mencapai bauran energi nasional.

Kendati demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pemerintah telah berhasil menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.478 megawatt. Persentase kenaikan rata-rata setiap tahun ditaksir mencapai 4 persen.

Pada semester pertama tahun 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, kapasitas pembangkit EBT naik sebesar 217 megawatt.

Baca juga: Jurusan Kuliah Para Miliarder Dunia, Bill Gates hingga Mark Zuckerberg

Andrea Hanna Rininditia, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina, menawarkan solusi pembuatan kapasitor sebagai penyimpan listrik dengan memanfaatkan limbah kulit salak.

“Kulit salak kaya akan senyawa karbon. Senyawa ini merupakan bahan penyusun yang baik untuk kapasitor. Sehingga, kapasitor bank yang menggunakan superkapasitor dari limbah kulit salak ini berpotensi memuat energi listrik dalam jumlah yang lebih besar,” ungkap Dea dalam keterangan tertulis Universitas Pertamina, Kamis (9/9/2021).

Selain mengakselerasi target capaian bauran EBT, inovasi ini, menurut Dea juga berpotensi membantu pemerintah dalam pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) poin tujuh, yakni memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan.

“Inovasi ini, saya harapkan, juga dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang belum terjangkau di Indonesia. Sehingga, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia untuk mencapai pembangunan kota dan permukiman yang inklusif, aman, serta berkelanjutan, sesuai dengan SDGs poin ke-11,” tutur Dea.

Baca juga: Pelatihan Bahasa Korea Gratis Korea Foundation 2022, Tunjangan Rp 12,6 Juta Per Bulan

Dalam merancang inovasi EBT tersebut, Dea menggunakan metode kimia komputasi. Metode dengan simulasi komputer ini membuat proses uji coba produksi senyawa karbon dari limbah, dilakukan dengan lebih optimal. Hemat waktu dan hemat biaya.

Inovasi ini mengantarkan Dea meraih juara 2 dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional (Pilmapresnas) 2021 Tingkat LLDIKTI Wilayah III. Dea juga berkesempatan maju ke seleksi tingkat nasional mengalahkan ratusan peserta seleksi.

“Ide inovasi ini muncul ketika saya mendapat mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi dan Statistika, yang mempelajari bahasa pemrograman. Selain itu, mata kuliah lain seperti Kimia Pemodelan dan Analisis Data yang berfokus pada kimia komputasi, juga mendorong semangat saya untuk membawa penelitian ini ke tahap yang lebih serius,” ujar Dea.

Di Universitas Pertamina, mahasiswa telah dibiasakan untuk berinovasi sejak dini. Selain melalui metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), mahasiswa juga seringkali dilibatkan dalam proyek penelitian gagasan para dosen.

Baca juga: Mahasiswa D3-S2, Ada Beasiswa Bantuan Biaya Kuliah dan Tugas Akhir

Di samping itu, dukungan untuk keterlibatan mahasiswa di berbagai ajang inovasi juga diberikan secara penuh. Melalui kegiatan magang, mahasiswa juga diberikan ruang berinovasi untuk memecahkan masalah riil yang terjadi di dunia usaha dan dunia industri.

Bagi siswa siswi SMA yang ingin berkuliah di kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut, saat ini tengah dibuka Seleksi Nilai UTBK, Seleksi Nilai Rapor, dan Ujian Masuk Berbasis Daring untuk Periode September Tahun Akademik 2021/2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com