Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus KPI Pusat, Pakar Unair: Semua Bisa Jadi Korban Kekerasan Seksual

Kompas.com - 09/09/2021, 11:07 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini, kekerasan seksual menimpa pria berinisial MS yang diketahui merupakan salah satu pegawai di KPI Pusat.

MS dirundung dan dilecehkan di kantor KPI Pusat oleh beberapa pelaku yang merupakan pegawai KPI Pusat.

Baca juga: Merger Pelindo, Ekonom Unair: Jadi Efisien dan Monopoli Bisnis

Bahkan, MS mengaku dirinya menderita post traumatic stress disorder, akibat alat kelaminnya dicoret spidol oleh pelaku pada 2015 silam.

Atas dasar hal itu, Pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga (Unair), Margaretha angkat suara.

Dia mengaku, korban kekerasan seksual, baik di Indonesia ataupun seluruh dunia didominasi oleh perempuan dewasa, perempuan usia anak-anak, anak laki-laki, dan laki-laki dewasa.

"Jadi sebenarnya semua bisa menjadi korban (kekerasan seksual)," kata dia melansir laman Unair, Kamis (9/9/2021).

Margaretha menambahkan, korban kekerasan seksual tidak hanya didominasi kalangan perempuan dewasa dan anak-anak saja.

Namun juga dari kalangan laki-laki dewasa dan anak laki-laki bisa menjadi korban kekerasan seksual.

"Perbedaannya kita lebih sering tidak tau korban laki-laki. Hal ini dikarenakan korban laki-laki dibanding perempuan jauh lebih menutupi persoalan kekerasan seksual yang dialami. Walaupun perempuan sendiri yang melapor paling cuma seujung gunung es," jelas dia.

Korban kekerasan seksual baik laki-laki ataupun perempuan, kata dia, sama-sama merasa malu akibat kekerasan seksual.

Baca juga: Prabowo: Kampus Unair Pusat Otak Semua Bangsa

Namun begitu, korban laki-laki lebih parah lagi, terutama di masyarakat patriarkis, seperti di Indonesia.

"Mereka juga dibelenggu oleh cara pandang bahwa laki-laki harusnya itu kuat, jadi nggak mungkin kena kekerasan seksual atau jadi objek pelecehan seksual, kayak bukan laki-laki," ucap dosen psikologi Unair itu.

Margaretha menyebut, korban (laki-laki), selain kesulitan menerima menjadi korban pelecehan seksual, mereka juga lebih sulit lagi memahami kenapa bisa menjadi korban.

Sebab, korban laki-laki seharusnya karena seharusnya bisa mempertahankan diri.

Ditambah lagi masyarakat juga memiliki stigma dan label untuk melihat laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com