Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter UGM Jelaskan Beda Corona Varian Delta dan Varian Mu

Kompas.com - 08/09/2021, 10:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian Covid-19 bermutasi dari waktu ke waktu. Setelah varian delta, kini muncul varian baru yakni varian Mu atau B1621. 

Sebagian besar mutasi memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada sifat virus. Namun, mutasi tertentu dapat memengaruhi sifat virus.

Termasuk mempengaruhi seberapa mudah virus itu menyebar, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya, dan ketahanannya terhadap vaksin, obat-obatan, dan tindakan pencegahan lainnya.

Sementara Varian Mu adalah mutasi dari virus corona lainnya, yang mungkin memiliki konsentrasi berbeda dari varian lainnya.

Baca juga: Indonesia Punya Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021, Ini Kiprahnya

Varian ini sendiri kini ditambahkan dalam daftar pantauan WHO sejak 30 Agustus 2021 lalu dan telah dideteksi pada 39 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Gunadi, mengatakan varian Mu atau B1621 sebagai penyebab Covid-19 tidak lebih ganas dengan varian delta.

Alasannya, Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyebutkan varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian.

Dibandingkan dengan varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai.

Meskipun varian baru ini belum terdeteksi di Indonesia, menurutnya perlu diantisipasi karena varian Mu diketahui menyebabkan penurunan kadar antibodi baik karena infeksi ataupun vaksinasi.

”Hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi baik karena infeksi alamiah maupun vaksinasi, serupa dengan varian Beta. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut,” kata Gunadi, dilansir dari laman UGM.

Gunadi menyebutkan hingga saat ini varian baru virus corona penyebab Covid-19 yakni B.1.621 atau varian Mu ini belum terdeteksi di Indonesia.

Baca juga: Jurusan Kuliah S1 UGM yang Terakreditasi Internasional

Namun, perlu pengetatan pintu masuk ke Indonesia agar tidak sampai menyebar luas seperti varian delta sebelumnya. Namun, soal tingkat keganasannya Gunadi berkeyakinan varian ini tidak seganas varian Delta. ”Karena Delta kategori VoC levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI,” paparnya.

Menurutnya, virus Covid-19 terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi. Namun demikian, bagi mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.

“Kekebalan alami yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut,”tegasnya.

Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin menurutnya sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu.

Namun, antisipasi tetap diperlukan dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dan percepatan program vaksinasi.

Baca juga: Tingkatkan Imun Saat Isoman, Ini Pilihan Menu Makan ala Pakar Unair

Meski demikian, bagi mereka yang sudah vaksin menurutnya mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terpapar virus Covid-19 meski terinfeksi dengan varian yang berbeda. “Vaksin mencegah keparahan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com