Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Menulis Jurnal Ilmiah yang Tembus Scopus ala Guru Besar Unesa

Kompas.com - 24/08/2021, 11:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi mahasiswa atau dosen, pasti merasakan sulitnya menulis jurnal ilmiah. Apalagi, jurnal yang wajib terindeks Scopus

Membuat jurnal ilmiah, memang sangat penting bagi mahasiswa dan dosen. Karena, dengan jurnal ilmiah maka keilmuan yang selama ini didapat bisa dipublikasikan dan bermanfaat bagi khalayak.

Jurnal ilmiah merupakan publikasi ilmiah yang diterbitkan secara berkala serta sebagai media komunikasi ilmiah dengan fokus pada bidang ilmu tertentu.

Fungsi dari jurnal penelitian sendiri yakni memberi inspirasi pelaksanaan penelitian, penentuan posisi penelitian, dan menjadi rujukan atau sitasi.

Publikasi sangatlah penting bagi mahasiswa, dosen maupun lembaga. Karena itu, banyak yang mengejar publikasi ilmiah baik untuk jurnal nasional maupun internasional.

Baca juga: Pelatihan Data Science Gratis untuk Mahasiswa Semua Jurusan, Yuk Daftar

Tetapi, selalu saja ada kendala saat mengerjakan jurnal ilmiah. Misalnya, kesulitan terindeks scopus, atau  kesulitan dalam membuat judul.

Bagi yang hendak atau sedang mengerjakan riset dengan tujuan publikasi jurnal terindeks Scopus, Guru besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Warsono memberikan tips agar jurnal bisa terindeks scopus dan bisa menarik bagi pembaca. 

Pertama, menemukan dan menentukan jantung penelitian. Jantung penelitian, lanjutnya, terkandung dalam rumusan masalah atau Research Question (RQ). Bagaimana cara menentukan itu? Bisa lewat kajian literatur.

Apa yang ditemukan dalam literatur kemudian ditarik ke fakta. Apakah ada jarak antara fakta dan teori dalam literatur? Nah, dari situ ‘jantung penelitian’ bisa ditemukan. “Layak atau tidaknya suatu penelitian juga dapat dilihat dari situ,” jelasnya saat mengisi acara webinar di Unesa beberapa waktu lalu.

Kedua, memperhatikan logical sequence atau urutan logis dalam penelitian. Mulai dari latar belakang hingga kesimpulan harus runtun dan terarah.

Baca juga: Pelatihan Bahasa Korea Gratis Korea Foundation 2022, Tunjangan Rp 12,6 Juta Per Bulan

Ketiga, menentukan metode penelitian sehingga dapat memperoleh dan menganalisis data yang bisa dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diuji kebenarannya.

“Metode penelitian tidak sekadar metode, tetapi benar-benar metode yang andal untuk tujuan penelitian kita,” ujarnya.

Keempat, RQ untuk menentukan desain penelitian. “RQ dalam penentuan desain penelitian harus jelas antara rumusan masalah dan teknik analisis datanya,” imbuhnya.

Tips selanjutnya, datang dari Ketua Departemen Riset Peneliti Indonesia Maju, Nadi Suprapto.

Ia mengatakan, untuk membuat jurnal ilmiah harus memperhatikan judul yang dibuat. Yakni dengan membuat judul karya ilmiah yang menarik sehingga editor penasaran.

Lalu, ia menyarankan menggunakan multiple statistics untuk penelitian kuantitatif. Data boleh minimalis, asalkan teknik analisisnya kekinian.

Baca juga: 11.045 Anak Kehilangan Orangtua akibat Covid, Kampus Ini Tawarkan Beasiswa S1

“Jika pakai kuantitatif, maka data dari angket jangan dianalisis dengan deskriptif, tapi sekarang eranya EFA, CFA, SEM, dan lainnya,” tuturnya.

Tambahan saran lain, ia meminta mahasiswa dan dosen menyajikan representasi dan memahami betul scope jurnal. Serta membangun komunikasi yang bagus untuk meyakinkan editor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com