Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Akademisi Mengajar Kewirausahaan, Sebuah Dilema?

Kompas.com - 11/08/2021, 13:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat | Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara

KOMPAS.com - Di dunia yang berbeda, almarhum pengusaha Ciputra barangkali tersenyum bahagia mengetahui kewirausahaan masuk menjadi bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbud Ristek bersama program lain yaitu magang industri, penelitian, studi independen, pertukaran mahasiswa, membangun desa, mengajar di sekolah dan proyek kemanusiaan.

Program MBKM adalah terobosan dari Kemendikbud Ristek untuk “memerdekakan” mahasiswa Indonesia melalui kegiatan di luar kampus yang dapat mendukung kompetensi mahasiswa sesuai bidang studi yang diambil.

Kegiatan ini memperoleh pengakuan hingga 20 SKS (sistem kredit semester).

Semasa hidup Ciputra adalah satu dari sedikit pengusaha Indonesia yang amat peduli dengan dunia pendidikan. Dia dikenal aktif mendorong kewirausahaan menjadi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik dari bangku taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Walau program kewirausahaan versi MBKM menyebutkan “mengembangkan usaha di bawah bimbingan profesional”, peran akademisi di kampus tidak dapat diabaikan apalagi dipandang sebelah mata.

Sebelum mahasiswa terjun membangun dan mengembangkan usaha yang sesungguhnya, dosen punya tugas yang tidak ringan.

Dosen sebagai akademisi bukan praktisi diminta untuk mengajar atau mendampingi mahasiswa berwirausaha tidak semudah membalik telapak tangan. Kewirausahaan yang sarat aspek praktikal harus diajarkan dengan pendekatan berbeda.

Untuk mengajar konsep, dosen tidak menemui banyak kesulitan.

Baca juga: Tak Hanya Cetak Sarjana, Perguruan Tinggi Didorong Hasilkan Wirausaha

Tantangan akademisi

Setidaknya terdapat tiga tantangan yang dihadapi dosen yang mengajar kewirausahaan.

Pertama, dosen masih memiliki pandangan yang berbeda mengenai apakah kewirausahaan dapat diajarkan. Sebagian masih meragukan. Baginya kewirausahaan adalah tacit knowledge yaitu pengetahuan yang tidak terstruktur, sulit untuk diberitahu dan didefinisikan secara formal kepada orang lain.

Mereka mempertanyakan bagaimana mungkin keterampilan berwirausaha diajarkan. Mengajarkan kreatifitas, inovasi, proaktif, dan sebagainya, berbeda dibandingkan dengan mengajarkan, misalnya berhitung.

Akademisi sepakat bahwa sekadar mengajarkan teori tentang kewirausahaan tentu sangat memungkinkan. Walau ada lagi yang mempertanyakan teori kewirausahaan yang diajarkan, yang belum disepakati juga karena bersifat multidisiplin.

Kedua, dosen tidak memiliki pengalaman berwirausaha. Sebagian besar dosen adalah akademisi murni.

Artinya, begitu lulus sarjana langsung mengabdikan diri untuk dunia pendidikan. Belum pernah mencicipi dunia kerja atau bisnis.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com