Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Akademisi Mengajar Kewirausahaan, Sebuah Dilema?

Kompas.com - 11/08/2021, 13:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Terasa aneh juga dosen yang akademisi didorong untuk “nyambi” berbisnis, walau itu dimungkinkan juga sejauh bisnisnya berhubungan erat dengan ilmu yang digeluti.

Di Jerman, program bisnis terapan di banyak universitas mensyaratkan profesor yang mengampu mata kuliah harus memiliki pengalaman industri minimal lima tahun. Ini tentu tidak mudah.

Pihak yang tidak sepakat menyebutkan bahwa dosen tidak harus punya pengalaman bisnis, tetapi cukup memiliki “jiwa” kewirausahaan. Kualifikasi ini sulit diukur, sedalam apa jiwa kewirausahaan yang dimiliki, skala pengukurannya dan bagaimana mengukurnya.

Bagaimanapun juga dosen yang mengajar kewirausahaan harus mampu mendampingi mahasiswa yang sedang merintis usaha, di sela-sela aktivitas rutin mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat atau disebut tridarma perguruan tinggi.

Ketiga, dosen yang mengajar kewirausahaan berasal dari berbagai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda.

Walau sebagian besar berlatar belakang ekonomi dan bisnis, keberadaan dosen berlatarbelakang lain tidak dapat diabaikan. Bahkan dari bidang ilmu kedokteran dan kesehatan. Perbedaan disiplin ilmu berimbas pada cara pandang terhadap kewirausahaan.

Misalnya bagi dosen yang berlatar belakang teknik, kewirausahaan dapat dipandang sebagai proses penciptaan produk. Identik dengan rekayasa manufaktur, meski tidak harus seperti itu. Sementara dari sisi psikologi lebih ke penanaman pola pikir, tidak harus merintis bisnis.

Perbedaan cara pandang karena berbeda disiplin ilmu mestinya bisa menjadi kekuatan betapa kayanya makna kewirausahaan untuk diterapkan di dalam kehidupan.

Baca juga: Mahasiswa Punya Ide Usaha? Daftarkan di Program Wirausaha Kemendikbud

Tiga pendekatan

Selanjutnya apa yang mesti dilakukan pihak kampus?

Pada galibnya, terdapat tiga pendekatan dalam pengajaran kewirausahaan. Allahar (2021) menyebutkan tiga pendekatan umum pengajaran kewirausahaan.

Pertama, pendidikan tentang kewirausahaan (education about entrepreneurship) yang berfokus pada teori kewirausahaan, penciptaan usaha, faktor penentu keberhasilan dan kegagalan usaha, serta usaha kecil dan menengah. Di sini peran akademisi amat menentukan.

Kedua, pendidikan untuk kewirausahaan (education for entrepreneurship) yang fokus pada wirausaha aktual dan potensial, menstimulasi proses kewirausahaan dan menyediakan alat untuk rintisan usaha baru. Di sini akademisi berkolaborasi dengan wirausaha yang sesungguhnya untuk menjalankan proses pendidikan.

Ketiga, pendidikan melalui kewirausahaan (education through entrepreneurship) yaitu menciptakan empati terhadap kehidupan wirausaha dengan memperoleh pengalaman dari mereka. Selain itu juga menjalin relasi agar dapat terlibat di dalam proyek kewirausahaan mahasiswa.

Baca juga: Mahasiswa Ingin Wirausaha Sambil Kuliah? Simak Tips Alumni IPB

Selanjutnya, perguruan tinggi didorong untuk menjalankan program kewirausahaan yang seimbang yang meliputi pengujian konsep bisnis, penyusunan business plan yang inovatif dengan menggunakan pendekatan lean start-up, berinteraksi dengan praktisi, menciptakan peluang jejaring (networking), mendorong riset pasar, pendanaan awal dan isu-isu operasional.

Ujung-ujungnya perguruan tinggi dengan program kewirausahaan dapat menciptakan ekosistem wirausaha yang bergabung di dalam fasilitas inkubasi bisnis mahasiswa.

Dengan segala implikasi yang dijalankan, para akademisi yang terlibat dalam program kewirausahaan mahasiswa tampaknya harus dipersiapkan lebih intens lagi. Tidak cuma sekadar mengikuti pelatihan semata, tapi turut terjun ke dalamnya.

Mungkin sudah tiba saatnya menggulirkan “Program Merdeka” bagi para akademisi?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com