Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswi Indonesia Raih Disertasi PhD Terbaik dari Universitas Belanda

Kompas.com - 01/07/2021, 20:24 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswi Indonesia, Isti Hidayati berhasil meraih penghargaan disertasi terbaik tahun 2020 dari Universitas Groningen, Belanda. Penghargaan diberikan dalam acara Summer Ceremony yang digelar hari ini, Kamis (1/7/2021).

Isti berhasil mendapatkan gelar PhD dengan masa studi yang terhitung relatif cepat (1 Februari 2017 - 10 Desember 2020).

Disertasi berjudul "Understanding mobility inequality: A socio-spatial approach to analyse transport and land use in Southeast Asian metropolitan cities" membuat Isti mendapatkan hadiah sebesar 7.500 Euro atau sekitar Rp 129 juta.

Dalam disertasinya, Isti menawarkan wawasan spasial sosial tentang ketimpangan mobilitas melalui studi kasus empiris di Jakarta dan Kuala Lumpur, sebagai contoh tipikal kota-kota besar di Asia Tenggara.

Baca juga: Mahasiswa S1-S3, Ini Cara Daftar Beasiswa Unggulan 2021 Kemendikbud Ristek

Sejak kuliah S1 di Universitas Gadjah Mada, dan juga saat kuliah S2 di Universität Stuttgart, Jerman, Isti sudah tertarik pada isu transportasi dan kesetaraan.

Isti prihatin melihat kondisi transportasi di Indonesia yang semakin bergantung pada kendaraan pribadi, apalagi di Yogyakarta.

"Saya bandingkan ketika saya masih sekolah, saya banyak menggunakan transportasi umum. Saat ini, banyak siswa yang memilih diantar menggunakan kendaraan pribadi, menggunakan ojek online, fasilitas antar-jemput, atau membawa kendaraan sendiri. Padahal, saya merasa pengalaman naik angkutan umum itu menarik, bisa bertemu banyak orang dan melihat aktivitas orang lain," cerita Isti dalam keterangan tertulis yang Nuffic Neso yang diterima Kompas.com.

"Kalau lagi suntuk, ketemu simbah-simbah yang selesai jualan di angkot dan cerita gimana hasil jualan hari ini, itu bisa bikin saya senang. Di sisi lain, saya juga pernah mengalami racism ketika saya travelling di luar negeri (karena saya pakai kerudung), yang saya pikir tidak adil. Saya bayangkan ada banyak orang yang juga mengalami racism dan pengalaman tersebut dapat menghalangi mereka bepergian," lanjut dia.

Baca juga: UGM Buka Beasiswa S2 untuk 14 Prodi, Bantuan UKT hingga 100 Persen

Dari sana, ia tertarik untuk lebih mendalami tentang pengalaman ketika melakukan perjalanan dan memahami bahwa masing-masing individu tentunya punya pengalaman yang berbeda-beda.

Predikat cum laude

Pada bulan Desember 2020, Isti menyelesaikan sidang disertasi dengan predikat cum laude. Ia menulis disertasinya di bawah bimbingan promotor Prof. Claudia Yamu dan Prof. Ronald Holzacker serta supervisor Wendy Tan.

Bisa mendapatkan gelar PhD dengan masa studi yang terhitung relatif cepat, menurut Isti karena supervisor dan promotor bisa bekerja secara paralel.

"Jadi, semisal saya bekerja dengan Wendy di paper A, pada saat yang sama saya juga menulis paper B dengan Claudia, sehingga kami bisa publish paper secara efisien, tidak menunggu paper A selesai baru lanjut ke paper B," ungkapnya.

Setiap tahunnya, lebih dari 1.000 mahasiswa internasional lulus dari Universitas Groningen. Oleh karena itu Upacara Musim Panas diselenggarakan sebagai acara perpisahan kepada semua siswa internasional yang lulus.

Tujuan dari penyelenggaraan acara ini untuk memberikan transisi yang mulus dari "mahasiswa internasional" menjadi alumni internasional.

Baca juga: Beasiswa S2 di Kampus Terbaik Australia, Bebas Biaya Kuliah dan Hidup

Beberapa alumni berprestasi mendapatkan penghargaan pada acara ini. Salah satunya Isti yang akan menerima Wierenga-Rengerink Prize yang digelar hari ini, Kamis (1/7/2021) pukul 20.45 WIB dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube University of Groningen.

Wierenga-Rengerink Prize mulai diberikan sejak tahun 2015 kepada mahasiswa PhD yang menurut juri telah menulis disertasi terbaik versi University of Groningen, Belanda.

Setiap fakultas menominasikan satu calon, memilih dari disertasi yang telah diberikan penghargaan cum laude oleh fakultas tersebut dan melalui proses seleksi ini, juri yang terdiri dari rektor dan mantan rektor University of Groningen, memilih pemenang akhir.

Keluarga Wierenga-Rengerink menyediakan hadiah berupa uang tunai melalui Ubbo Emmius Fund. Hadiah ini dapat digunakan untuk pengembangan pendidikan lanjutan.

Sebelumnya, penghargaan diberikan kepada Namkje Koudenburg (2014), Hanna van Loo (2015), Nigel Hamilton dan Jordi van Gestel (2016), Alain Dekker (2017), Michael Lerch (2018) dan Arpi Karapetian (2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com