Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Pandemi, Begini Cara Disdik Jaga Mutu Pendidikan di Kota Yogya

Kompas.com - 17/06/2021, 13:44 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Selama setahun lebih, siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat dampak dari pandemi Covid-19.

Lantas, bagaimana dengan kondisi pendidikan di tanah air, khususnya bagi daerah yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, yakni Kota Yogyakarta?

Apakah berdampak dan menurunkan mutu pendidikan di Kota Yogya? Tentu pandemi ini sangat berdampak luas di berbagai sektor.

Baca juga: Selama Pandemi, Kadisdik Yogya Akui Kualitas Pendidikan Siswanya Menurun

Apalagi selama 15 bulan ini siswa mengikuti PJJ atau pembelajaran daring dari rumah. Tentu nilai yang diperoleh siswa menjadi turun.

Terjadi penurunan nilai siswa

Seperti diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori.

Menurut Budi, pembelajaran jarak jauh memang dirasa kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka di kelas.

"Memang pembelajaran jarak jauh ini tidak efektifdibanding tatap muka. Karena standarisasi dari guru tidak tercapai," ujar Budi saat ditemui Kompas.com di kantornya, Rabu (16/6/2021).

Hal itu bisa dilihat ketika ada beberapa materi pelajaran yang mengharuskan siswa bertatap muka dengan guru. Misalnya saja pelajaran olahraga, komputer atau yang ada praktiknya.

Karena pandemi, Budi juga menuturkan ada kajian mengenai pembelajaran jarak jauh terkait materi yang diserap siswa hanya sekitar 70 persen.

Karenanya, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ada evaluasi standar pendidikan bernama Asesmen Standar Pendidikan Daerah (ASPD).

"Selama ini karena Ujian Nasional ditiadakan dan tidak ada standarisasi dari pusat, maka DIY menggunakan ASPD," imbuh Budi.

Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa menurun dibanding sebelum pandemi Covid-19.

Baca juga: Persentase Diterima SNMPTN 2021 Tertinggi DIY, Ini Kunci Sukses SMAN 3 Yogya

Kadisdikpora Yogya mencontohkan, nilai ASPD tahun ini dengan nilai UASBN SD atau UN SMP pada 2019:

1. Siswa SD

  • Rata-rata UASBN 2019: 7,6
  • Rata-rata ASPD 2021: 6,3

2. Siswa SMP

  • Rata-rata UN 2019: 6,8
  • Rata-rata ASPD 2021: 4,6

"Jadi, ini bisa diibaratkan bahwa siswa SMP saat ikut pembelajaran jarak jauh hanya bisa menyerap materi sebesar 46 persen saja," terang Budi.

Karena rata-rata nilai UN pada 2019 bisa mencapai 6,8. Sehingga terjadi penurunan nilai termasuk mutu pendidikan akibat pandemi.

Berdampak tumbuh kembang anak

Tak hanya itu saja, Budi Santosa Asrori juga menjelaskan ada hal lain yang hilang selama masa pandemi ini bagi siswa. Yakni mengenai tumbuh kembang anak di sekolah.

Menurutnya, ada 3 pusat pendidikan yaitu pendidikan di masyarakat, sekolah dan keluarga. Tapi lantaran pandemi, maka pendidikan di sekolah jadi hilang.

Padahal jika siswa belajar di sekolah, maka bisa berinteraksi dengan temannya.

"Dibanding akademik, nilai tumbuh kembang anak ini juga riskan jika dibiarkan berlarut ikut pembelajaran jarak jauh," katanya.

Membuat standarisasi pembelajaran

Untuk itulah dia berupaya agar tetap menjaga mutu pendidikan di Kota Yogyakarta. Yakni terus berkoordinasi atau komunikasi dengan berbagai sekolah. Tentu untuk membuat standarisasi pembelajaran yang tepat di masa pandemi ini.

"IT di sekolah harus lengkap. Bahkan IT di rumah guru dan siswa juga harus lengkap. Bisa pula dengan proses dialog dan penugasan yang ringan bagi siswa," terang Budi.

Terkait persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Budi menyatakan bahwa pihaknya beberapa waktu lalu telah sukses mengadakan simulasi PTM terbatas di beberapa SD dan SMP.

Bahkan di simulasi PTM terbatas itu, bukan semata-mata untuk memberikan materi akademik saja. Melainkan siswa diberi materi pendidikan karakter.

Penguatan pendidikan karakter

Salah satu contohnya simulasi PTM terbatas di SMPN 1 Yogyakarta yang menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Dalam pendidikan karakter itu, pihak sekolah menekankan 5 nilai karakter yang harus dikuatkan pada siswa.

Baca juga: Simulasi PTM SMPN 1 Yogya, 5 Nilai Karakter Ditekankan pada Siswa

Menurut Kepala SMPN 1 Yogyakarta, Y Niken Sasanti, lima nilai karakter itu ialah:

  • religius
  • nasionalis
  • mandiri
  • gotong royong
  • integritas

Adapun penguatan pendidikan karakter itu harus diberikan kepada anak didik karena selama mengikuti pembelajaran daring dari rumah, pendidikan karakter mungkin terabaikan.

"Kebetulan SMPN 1 Yogyakarta menjadi salah satu sekolah dari 10 sekolah yang melaksanakan simulasi PTM di lingkungan Disdikpora Kota Yogya," ujar Niken.

Simulasi PTM dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama pada 29 April – 7 Mei 2021. Sedangkan tahap kedua pada 27 Mei – 4 Juni 2021.

Tentu simulasi ini dimaksudkan untuk melatih para siswa beradaptasi mengikuti sekolah tatap muka sekaligus penguatan pendidikan karakter meskipun masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

Dalam simulasi ini para siswa belajar di sekolah secara tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan sesuai standar.

Namun yang lebih ditekankan bukan pada banyaknya materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, tetapi lebih kepada pembiasaan siswa beradaptasi belajar di sekolah meski di tengah pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: Ini Rincian Daya Tampung PPDB 2021 SMPN 1 Yogya

"Pembelajaran dilaksanakan secara menyenangkan atau joyfull learning. Semua senang bisa datang ke sekolah," tuturnya.

Ternyata, simulasi protokol kesehatan benar-benar diterapkan. Hal ini juga didukung oleh sarana yang lengkap, misalnya tersedianya bak cuci tangan yang memadai, desinfektan, hand sanitizer, maupun masker.

Selain itu, untuk mendukung pembelajaran di kelas, setiap kelas sudah disediakan komputer, LCD, lengkap dengan internet yang berbasis LAN sehingga guru sekaligus bisa mengajar anak-anak yang berada di rumah secara daring.

Tujuan pembelajaran tercapai

Ada beberapa pengalaman menarik dari para guru SMPN 1 Yogya yang melaksanakan PTM terbatas.

Salah satunya ialah Handayani, Guru Bahasa Inggris. Dengan PTM terbatas, alokasi waktu yang sudah direncanakan bisa mendekati harapan. Sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Handayani juga dapat melihat langsung perubahan sikap siswa apakah mereka antusias, bekerja keras, malas, dan pasif.

Baca juga: SMA di Lereng Gunung Merapi Ini Antar 61 Siswanya Lulus SBMPTN 2021

Bisa pula melihat terjadinya diskusi, apakah berimbang atau hanya menggantungkan pendapat teman saja.

Disamping itu, siswa juga bisa melihat semangat guru, hal ini diharapkan mampu memengaruhi spirit belajar siswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com