KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia ini masih menjadi ancaman bagi umat manusia. Bahkan akhir-akhir ini kasusnya kembali meningkat di Indonesia.
Secara khusus bagi dunia pendidikan, musuh terberat ini belum juga usai. Padahal, pemerintah berencana untuk kembali membuka pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah-sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori menilai, pembelajaran jarak jauh memang dirasa kurang efektif.
Baca juga: Simulasi PTM SMPN 1 Yogya, 5 Nilai Karakter Ditekankan pada Siswa
"Memang pembelajaran jarak jauh ini tidak efektif dibanding tatap muka. Karena standarisasi dari guru tidak tercapai," ujar Budi saat ditemui Kompas.com di kantornya, Rabu (16/6/2021).
Misalnya saja, materi olahraga, seni, matematika tidak bisa disampaikan maksimal. Atau, tidak ada standar cara menilai dengan PJJ ini.
Bahkan, lanjut Budi, ada kajian mengenai pembelajaran jarak jauh terkait materi yang diserap siswa hanya sekitar 70 persen saja.
Untuk itulah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ada evaluasi standar pendidikan bernama Asesmen Standar Pendidikan Daerah (ASPD).
"Selama ini karena Ujian Nasional ditiadakan dan tidak ada standarisasi dari pusat, maka DIY menggunakan ASPD," imbuh Budi.
Ternyata hasilnya menunjukkan nilai rata-rata siswa menurun dibanding sebelum pandemi.
Dia mencontohkan, nilai ASPD tahun ini:
1. Siswa SD
2. Siswa SMP
Baca juga: Persentase Diterima SNMPTN 2021 Tertinggi DIY, Ini Kunci Sukses SMAN 3 Yogya
"Jadi, ini bisa diibaratkan bahwa siswa SMP saat ikut pembelajaran jarak jauh ini hanya bisa menyerap materi sebesar 46 persen saja. Atau, kini kualitas pendidikannya telah menurun," terang Budi.
Di samping itu, ada hal lain yang hilang selama masa pandemi ini bagi siswa. Yakni mengenai tumbuh kembang anak di sekolah.
Dijelaskan Budi, ada 3 pusat pendidikan. Yaitu pendidikan di masyarakat, sekolah dan keluarga. Saat pandemi ini pendidikan di sekolah hilang.