Selain itu, kekeliruan dalam menggunakan tanda baca, kaidah penulisan huruf kapital, hingga pemilihan kata banyak dijumpai dalam karya ilmiah.
Sementara dari sisi logika berbahasa, kebanyakan karya ilmiah memiliki kelemahan di sisi tersebut. Padahal, logika kalimat itu penting tetapi banyak yang tidak mengindahkan.
Lina mencontohkan, salah satu logika berbahasa yang keliru adalah pemakaian konjungsi atau kata hubung dalam satu kalimat. Terkadang ada penulis yang menggunakan dua konjungsi atau lebih dalam satu kalimat.
Padahal, adanya dua konjungsi atau lebih dalam satu kalimat sudah jelas membuat logika kalimat menjadi tidak jelas. Hal menarik yang ditemui Lina adalah kesalahan berbahasa justru banyak ditemukan pada tesis dan disertasi. Ada banyak faktor yang memengaruhi. Salah satunya adalah kebiasaan berbahasa.
“Masih banyak yang dibesarkan tidak dengan logika berbahasa yang baik, dan itu tercermin dalam tulisan,” ujarnya.
Baca juga: BPJS Kesehatan Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S1
Pengutipan menjadi hal penting yang mesti diperhatikan oleh penulis. Kesalahan dalam mengutip bisa berakibat fatal. Tuduhan plagiat bisa saja terjadi hanya karena kesalahan mengutip.
Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan Fakultas Ilmu Budaya Unpad, ada sejumlah aturan pengutipan berdasarkan standar sitasi yang dikeluarkan organisasi APA (American Psychological Association), antara lain: