Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjadi 2,5 Tahun Sekali, Pakar ITB Ungkap Istimewanya Gerhana Bulan Total

Kompas.com - 26/05/2021, 11:13 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia, menantikan momen gerhana bulan yang terjadi pada Rabu (26/05/2021).

Banyak yang ingin menyaksikan fenomena langka ini. Namun, apa itu gerhana bulan dan bagaimana fenomenanya sepertinya belum banyak yang tahu.

Melansir dari laman Institut Teknologi Bandung (ITB), fenomena ini berlangsung karena matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Hal ini dikarenakan bulan bergerak mengelilingi bumi sesuai orbit (garis edar).

“Peristiwa gerhana bulan itu (merupakan) peristiwa yang sebetulnya bersiklus, berulang, karena ketiga benda tadi akan bergerak dalam satu keharmonisan, jadi (gerhana bulan merupakan) sebuah fenomena alam yang akan berulang dan sekarang sudah bisa dengan sangat baik diprediksi kapan akan terjadi lagi, kapan gerhana berikutnya terjadi lagi, di mana kita bisa melihatnya, itu sudah sangat bisa diprediksi secara astronomi,” ujar peneliti di Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty.

Baca juga: Gerhana Bulan Total 26 Mei, Yuk Ikut Pengamatan Virtual Bosscha

Yatny mengatakan, gerhana bulan tahun ini akan terjadi dua kali yakni Gerhana Bulan Total (GBT) pada 26 Mei 2021 dan Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada 19 November 2021. Terdapat tiga jenis gerhana bulan yakni gerhana bulan total, sebagian, dan penumbra.

GBT dapat diamati dalam interval waktu 2,5 tahun sekali. Gerhana bulan total terakhir yang terjadi di Indonesia adalah pada 2018. Tingkat kegelapan gerhana ditentukan menggunakan skala Danjon dengan rentang nilai 0 hingga 4. Gerhana yang sangat gelap memiliki skala Danjon 0.

Sementara itu, Astronom Bosscha, Agus Triono menjelaskan, gerhana bulan total terjadi ketika hanya sebagian saja bayangan bumi yang menutupi bulan.

Sedangkan gerhana bulan penumbra sulit dilihat secara kasat mata karena tidak terlalu berbeda dengan bulan purnama.

Baca juga: Anak Awak KRI Nanggala 402 Dapat Beasiswa Unggulan hingga Sarjana

“Terjadinya gerhana bulan tergantung pada konfigurasi bagaimana posisi bulan relatif terhadap bumi dan matahari atau posisi bumi relatif terhadap bulan dan matahari. Disebut (gerhana bulan) total kalau misalnya bayangan (inti) bumi (umbra) secara total menutupi bulan kalau kita lihat dari arah kita, dari sudut pandang kita,” jelas Agus Triono, P.J.

Keistimewaan GBT 26 Mei 2021 adalah terjadi saat bulan berada dalam posisi terdekat dengan bumi karena bentuk orbit bulan terhadap bumi adalah elip, bukan lingkaran sempurna.

Saat terjadi GBT, warna merah yang muncul disebabkan oleh cahaya matahari yang dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi.

Warna biru terhamburkan lebih kuat sedangkan warna merah dapat melintasi atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Tingkat kegelapan gerhana bulan ini dapat memberikan beberapa informasi penting.

Hal ini menyebabkan penampakan bulan pada 26 Mei 2021 akan sedikit lebih besar daripada biasanya, dan warnanya akan tampak lebih terang sebelum terjadi GBT.

Oleh karena itu, saat memasuki fase GBT masyarakat dapat melihat perbedaan secara jelas sebelum dan saat terjadi GBT yang akan berwarna kemerahan. Maka dari itu gerhana bulan kali ini disebut sebagai "Super Blood Moon."

Bulan mulai memasuki fase gerhana (bulan memasuki bayangan umbra bumi) pada pukul 16.44 WIB.

Baca juga: ITB Siap Gelar Kuliah Tatap Muka pada Semester Pertama 2021-2022

Pada saat itu bulan belum terlihat di wilayah Indonesia bagian Barat karena masih di bawah ufuk, tetapi bulan sudah terbit di wilayah Indonesia bagian Timur.

Fase GBT terjadi pada pukul 18.11 WIB dan berlangsung selama 14 menit sehingga pada pukul 18.11-18.29 WIB bulan akan terlihat kemerahan. Gerhana bulan benar-benar berakhir pada pukul 20.49 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com