KOMPAS.com - Pakar Psikologi Unpad, Ahmad Gimmy Pratama mengatakan, perilaku marah dilatarbelakangi oleh dua hal, yakni aspek personal dan lingkungan.
Aspek personal, kata dia, marah dipengaruhi sistem psikofisiologis. Mulai dari tingkat ketahanan fisik hingga kemampuan berpikir, mengelola emosi, serta kemampuan individu dalam membaca nilai-nilai yang ada di sekitar.
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Mata Kuliah Startup Digital Bersifat Pilihan
"Sedangkan aspek lingkungan, perilaku marah dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar, cuaca, hingga reaksi lingkungan sosial dan lingkungan fisik," kata dia melansir laman Unpad, Selasa (18/5/2021).
Jika dikaitkan dengan peristiwa pemudik yang marah-marah saat ditegur Polisi, Gimmy menjelaskan, hal itu diakibatkan oleh luapan emosi yang mengendap saat pemudik melakukan perjalanan.
Dia menyebut, kondisi lalu lintas yang macet ditambah fisik yang lelah dan cuaca panas akan membuat emosi seseorang mengendap.
Dengan begitu ketika menghadapi hambatan selanjutnya, emosi yang mengendap tersebut akan bisa meledak.
"(Pemudik) mengalami frustasi. Adanya kebijakan penghambat akhirnya frustasi menimbulkan agresi dan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan," sebut Gimmy.
Meski demikian, bilang dia, marah juga dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam mengendalikan dirinya.
Karena itu, tidak semua orang akan langsung marah saat menemui kondisi serupa. Selama aspek rasionalnya masih ada, kemampuan orang dalam mengendalikan emosinya akan lebih baik.
Gimmy menyayangkan, tindakan pemudik marah yang viral tersebut hanya berakhir dengan permintaan maaf. Hal ini tidak membuat seseorang menjadi lebih matang dan jera.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.