Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

Tingkat "Intellectual Humility" Mahasiswa di Indonesia

Kompas.com - 04/05/2021, 13:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Arki Sudito*

KOMPAS.com - Kata mahasiswa terdiri dari dua suku kata, maha dan siswa. Dalam hal ini, ‘maha’ menjadi awalan kata (prefiks) ‘ter-’ sedangkan ‘siswa’ memiliki arti atau padanan kata ‘pelajar’.

Jadi, arti harfiah dari mahasiswa sejatinya adalah terpelajar atau orang-orang terpelajar. Selain itu, kata sarjana berasal dari bahasa Jawa kuno yang memiliki arti ‘orang pandai’.

Dari asal-usul katanya, ‘mahasiswa’ dan ‘sarjana’ diharapkan memiliki ilmu yang tinggi—sebagai orang yang terpelajar. Dengan pandangan tersebut, apakah mahasiswa dan sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia juga memiliki intellectual humility yang tinggi?

Mark Leary (dalam Resnick, 2019) mendefinisikan intellectual humility sebagai pengakuan terhadap apa yang dipahami dalam berbagai hal dapat saja salah.

Resnick (2019) menyatakan bahwa intellectual humility merupakan karakteristik individu yang memberikan ruang untuk kesalahan.

Individu dengan intellectual humility tinggi akan menerima kemungkinan bahwa bisa jadi ia melakukan kesalahan sehingga ia terbuka untuk belajar dari orang lain, baik dari pengetahuan maupun pengalaman.

Baca juga: 4 Ciri Orang Rendah Hati

Growth Center melakukan penelitian mengenai intellectual humility mahasiswa dan lulusan universitas di Indonesia.

Penelitian ini melibatkan 5.000 responden dari berbagai perguruan tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa 82 persen dari sampel mahasiswa dan lulusan universitas di Indonesia memiliki intellectual humility tinggi—kategori learner.

Sedangkan sisanya, 18 persen, memiliki intellectual humility rendah—kategori aristocrat.

Growth Center mengkategorikan intellectual humility menjadi dua kategori yaitu aristocrat dan learner.

Mereka yang masuk kategori aristocrat memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dan kapabilitas dirinya, tetapi kurang terbuka terhadap pembelajaran baru dan umpan balik.

Di sisi lain, mereka yang masuk kategori learner memahami secara akurat kemampuan dan kapabilitas dirinya dan tetap terbuka terhadap pembelajaran baru.

Berikut penggambaran kategorisasi sampel untuk setiap perguruan tinggi:

Tingkat Intellectual Humility Mahasiswa dan Lulusan Perguruan Tinggi di IndonesiaGrowth Center Tingkat Intellectual Humility Mahasiswa dan Lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia

Data dari grafik di atas menunjukkan Universitas Sumatera Utara (USU) memiliki persentase learner tertinggi (88,84%), diikuti Universitas Andalas (86,30%), Universitas Riau (85,50%), Universitas Telkom (84,62%), dan Universitas Diponegoro (84,39%).

Masyarakat Indonesia memiliki kerendahan hati yang cukup tinggi. Menurut indeks dimensi budaya Hofstede, Indonesia memiliki tingkat kolektivisme yang tinggi.

Ada kecenderungan untuk tidak menempatkan diri di atas lingkungan sosialnya dan tidak membangga-banggakan pencapaian serta kelebihannya untuk menjaga kerukunan dan kesetaraan.

Penelitian mengenai hubungan intellectual humility mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi Indonesia dengan dimensi budaya Hofstede sendiri masih perlu diteliti lebih jauh.

Baca juga: Meningkatkan Kegigihan dengan Growth Mindset

Intellectual humility yang tinggi adalah modal yang sangat baik bagi mahasiswa dan lulusan universitas di Indonesia untuk tetap mendapatkan pembelajaran serta ilmu yang lebih banyak lagi.

Tidak hanya dari pendidikan formal, tetapi juga dari lingkungan sekitar sehingga mahasiswa dan lulusannya dapat lebih berdampak untuk masyarakat.

Nah, bagaimana dengan intellectual humility-mu? Silakan cek di sini untuk mengetahui lebih jauh.

(*) Arki Sudito - Co-founder & CEO Growth Center | membantu individu menemukan dan mengembangkan potensi diri, agar menjadi versi terbaik diri mereka | Powered by Kompas Gramedia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com