Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hardiknas, Tidak Lepas dari Sosok Ki Hajar Dewantara

Kompas.com - 02/05/2021, 11:07 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas.

Namun, tidak banyak yang tau jika lahirnya Hardiknas tak lepas dari pelopor pendidikan pribumi Indonesia di era kolonialisme. Sosok itu, ialah Ki Hadjar Dewantara.

Merangkum dari laman lpmpriau.kemdikbud.go.id, Hari Pendidikan Nasional, atau Hardiknas adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Sementara anak pribumi yang kelas ekonominya rendah dianggap tidak pantas, sehingga terjadi ketimpangan yang besar.

Baca juga: Mendikbud Terapkan 8 Syarat Penting Upacara Hardiknas 2 Mei

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia.

Lalu, setelahnya Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959.

Mengenal Lebih Jauh Sosok Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit. Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Selama era kolonialisme Belanda, Ki Hadjar Dewantara dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu, pemerintah hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Anak pribumi, tentu sulit mengakses pendidikan.

Baca juga: Hardiknas: Ki Hajar Dewantara, dari Jebolan Sekolah Dokter hingga Dirikan Perguruan Nasional

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial membuatnya harus merasakan diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya.

Yakni, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com