Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SEAYLP, Tim Indonesia Angkat Isu Literasi dan Kecakapan Bahasa Inggris

Kompas.com - 28/04/2021, 07:45 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat kembali membuka program Southeast Asia Youth Leadership Program (SEAYLP). 

SEAYLP ini diikuti oleh 50 siswa sekolah menengah dari negara-negara Asia Tenggara ke Universitas Illonois Utara melalui program hibah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.   

SEAYLP merupakan program pertukaran berbasis tiga minggu di Amerika Serikat yang berfokus pada kepemimpinan dan pengembangan pemuda dan untuk mengeksplorasi tantangan bersama yang dihadapi oleh Amerika Serikat dan negara-negara anggota ASEAN. 

Baca juga: Langka, 10 Jurusan Ini Hanya Ada Satu di Indonesia

Diadakan secara virtual

Tahun ini karena masih ada pandemi Covid-19, SEAYLP diselenggarakan secara virtual dari tanggal 7 hingga 27 April.

Melalui model hybrid sesi sinkron dan asinkron, peserta akan belajar tentang keragaman dan apresiasi budaya, aksi dan aktivisme komunitas, serta jejaring dan kolaborasi dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Melalui platform virtual, para peserta secara aktif menjelajahi layanan komunitas, melakukan kunjungan lapangan secara virtual ke sekolah dan tempat-tempat lainnya di Amerika Serikat. Melakukan proyek grup, keterlibatan komunitas dan pertukaran keluarga (host family).

Baca juga: Telkom University, PTS Terbaik Versi THE Impact Rangkings 2021

Sejak 2009, NIU's Center for Southeast Asian Studies telah menjadi tuan rumah SEAYLP. Peserta SEAYLP berasal dari berbagai negara sepertiBrunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar (Burma), Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Anak-anak muda berbakat ini secara virtual mengikuti kursus dan lokakarya tentang akses dan kesetaraan, teknologi hijau untuk pertumbuhan ekonomi, keamanan, kepemimpinan, pembangunan tim, dan keragaman budaya.

Generasi muda yang mampu melakukan perubahan

US-ASEAN Public Affairs Officer Jason Seymour mengatakan, tahun 2021 ini menjadi moment yang cukup sulit bagi sejarah manusia karena adanya pandemi global.

Namun saat ini, lanjut, semuanya sudah kembali ke jalur yang benar dan merasakan energi dari pelaksanaan SEAYLP.

"Semua orang yang berpartisipasi dalam SEAYLP, kesempatan ini bisa kalian peroleh yang tidak bisa diperoleh orangtua atau nenek kalian," kata Jason dalam sambutan pembukaan acara presentasi proyek lanjutan peserta SEAYLP yang diadakan secara virtual, Selasa (27/4/2021). 

Baca juga: ITS Peringkat 1 Indonesia dan 64 Dunia pada THE Impact Rankings 2021

Jason mengungkapkan, pemerintah AS memilih para kandidat untuk berpartisipasi di SEAYLP karena tahu para peserta merupakan generasi muda yang bisa membuat perubahan.

Selain itu, para peserta merupakan generasi muda yang bisa membawa dampak untuk komunitasnya.

Melalui program ini, para peserta juga bisa mencari mentor terbaik yang bisa didapatkan. Kalian bisa menyampaikan minat di bidang evolusi, polusi, perubahan iklim, disabilitas, kebebasan berbicara, hak perempuan, dan lain-lain.

"Jika kamu mengambil tema appaun dalam proyek kalian dan butuh mentor, di SEAYLP kami punya banyak mentor," ungkap Jason.

Baca juga: Bisa untuk Diet, Ini Manfaat Kolang-kaling Menurut Pakar IPB

Angka isu literasi dan kecakapan Bahasa Inggris

Dalam pemaparan tersebut, salah satu peserta dari Indonesia Elsa Beatris Rut Natania mengungkapkan, berdasarkan artikel yang dipublikasikan Nikkei Asia Website, lebih dari setenga pelajar Indonesia masih buta huruf.

Selain itu berdasarkan survei yang dipublikasi oleh EF, kecakapan bahasa Inggris, Indonesia berada di urutan 74 dari 100 negara. 

"Kami bisa mendirikan pojok membaca dan mengajar anak-anak yang tinggal di area Flamboyan Bawah dan berkolaborasi dengan komunitas sosial Sohib Literasi Indonesia," beber Elsa.

Baca juga: Pakar UGM: Covid-19 Terus Bermutasi, Masyarakat Harus Disiplin Prokes

Elsa menambahkan, tujuan proyek ini yakni menciptakan pojok literasi dan memberikan pelajaran bahasa Inggris ke anak-anak usia dini.

"Selain itu juga meningkatkan kemampuan literasi dan menyediakan ruang untuk anak-anak bisa belajar bahasa Inggris," imbuh Elsa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com