Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2021, 20:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Curah hujan tinggi dan badai siklon Seroja menerjang Sumba Timur pada 6 April 2021. Sepekan kemudian, layanan listrik dan telekomunikasi di beberapa wilayah masih lumpuh. Sebagian warga pun masih tinggal di pengungsian akibat kediaman yang hancur diterjang banjir.

Bupati Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khristofel A. Praing pun menetapkan wilayahnya dalam status darurat bencana alam hingga 15 April 2021.

World Risk Report (2018) menyatakan bahwa anak-anak merupakan populasi yang mengalami dampak terburuk dari terjadinya bencana, terutama di negara-negara berkembang.

PBB mengestimasi sekitar 100 juta anak di seluruh dunia menjadi korban bencana setiap tahun.

Baca juga: Universitas Pertahanan RI Buka Beasiswa S2-S3, Bebas Biaya Kuliah

Penelitian WHO (World Health Organization) mengungkap dampak psikologis yang menimpa penyintas bencana di antaranya rasa kehilangan, berduka, marah, takut dan merasa bersalah.

Bahkan, sebagian korban merasakan reaksi gangguan psikologis berat berupa gangguan stres pasca trauma, depresi, pikiran bunuh diri dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

"Universitas Pertamina, Pertamina Foundation, Hope Indonesia dan Yayasan Dian Sastrowardoyo bergabung dalam ekspedisi Seroja. Menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir dan badai. Termasuk kegiatan trauma healing kepada anak-anak penyintas bencana," tutur Roby Hervindo, Sekretaris Universitas Pertamina di Waingapu, Sumba Timur, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Sebanyak sekitar 120 anak-anak usia 5 hingga 12 tahun mengikuti aktivitas trauma healing di Kampung Ranu, Kelurahan Mauliru, Waingapu.

Baca juga: Targetkan 17,9 Juta Siswa, Ini Cara Daftar KIP Sekolah SD-SMA 2021

Kampung Ranu berlokasi di hilir sungai, sehingga menderita kerusakan yang cukup hebat. Banyak rumah warga rusak, perkebunan dan ternak mereka musnah diterjang banjir.

Kegiatan dukungan psikososial kelompok ini, lanjut Roby, bertujuan mempercepat pemulihan dan menurunkan risiko anak mengalami permasalahan yang lebih berat di masa yang akan datang.

Tujuan lain dari dukungan psikososial adalah meningkatkan resiliensi masing-masing anak untuk dapat menghadapi situasi bencana saat ini dan masa depan.

Tim ekspedisi Seroja dan relawan, mengajak anak-anak berkegiatan seni dan permainan. Anak-anak diajak beraktivitas dalam kegiatan-kegiatan motorik kasar seperti bermain bola, bernyanyi dengan alat musik, dan permainan kelompok serta individu. Kepada anak-anak juga dibagikan paket-paket makanan kecil.

Maikal, usia 8 tahun, salah seorang anak Kampung Ranu, merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan. Ia bersama teman-temannya ceria dan antusias mengikuti beragam permainan. Orang tua anak-anak pun, aktif mendampingi anak-anak dalam trauma healing.

Baca juga: BUMN Bank BRI Buka Beasiswa Penuh untuk Mahasiswa S1

"Sebelum paskah, anak-anak sering bermain bersama. Tapi sejak bencana, mereka hanya di rumah saja karena takut. Sehingga ketika ada kakak-kakak relawan dari Pertamina datang, anak-anak senang bisa berkumpul dan bermain bersama," kata Rambu.

Pihaknya berencana akan melanjutkan kegiatan trauma healing kepada anak-anak penyintas lain. Terdapat sekitar 30 pemuda-pemudi di posko relawan, yang aktif membantu penggalangan dan penyaluran bantuan kepada masyarakat.

Di samping melakukan trauma healing, ekspedisi Seroja juga menyalurkan bantuan pangan dan obat-obatan bagi warga terdampak bencana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com