KOMPAS.com - Untuk meningkatkan indeks literasi di Indonesia butuh kerjasama semua pihak.
Tak hanya peran dari instansi pemerintah saja, tapi keberadaan pengarang, penulis buku, penerbit, perusahaan rekaman dan penerjemah atau penyadur juga menjadi bagian dalam penguatan pada sisi hulu.
Baca juga: Pakar IPB: Ini Cara Kurangi Permasalahan Anak
Dalam hal ini, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus berupaya menjalin sinergi dengan para pemangku kepentingan untuk menguatkan sisi hulu literasi.
Penguatan sisi hulu literasi harus dilakukan agar sisi hilir literasi yakni budaya baca dan indeks literasi mengalami peningkatan.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi menerangkan, butuh kerjasama semua pihak untuk menjamin terbitnya regulasi yang mengatur distribusi bahan bacaan.
Dengan begitu, kata dia, bisa memperkecil ketimpangan antarwilayah serta tersedianya anggaran belanja buku di setiap daerah.
"Kita lihat juga bagaimana jumlah penduduk di Indonesia yang sebanyak 268 juta yang dibandingkan dengan jumlah bahan bacaan yang dimiliki oleh oleh perpustakaan umum (daerah) di Indonesia hanya 22.318.083 eksemplar. Jadi rasionya adalah 0,098," ucap Deni melansir laman Perpusnas, Jumat (9/4/2021).
Adanya keadaan itu, dia menyebut, merupakan tugas bersama. Sebab, bila bicara tentang pembudayaan kegemaran membaca merupakan tugas pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Baca juga: Tingkatkan Literasi Hukum di Masyarakat, Dosen UMM Ciptakan Aplikasi Ini
Perpusnas sediakan layanan daring
Sejauh ini, Perpusnas telah menyediakan layanan daring yang bisa diakses setiap saat dan bebas biaya. Hal ini bertujuan agar bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Layanan yang disediakan diantaranya perpustakaan digital iPusnas, laman jurnal elektronik di e-Resources, serta laman yang berisikan naskah kuno Nusantara yakni Khastara.
Untuk mendukung terciptanya masyarakat dengan indeks literasi tinggi, Perpusnas menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi.
Dalam kesempatan ini, dilakukan jalinan nota kesepakatan antara Perpusnas dengan Pemerintah Provinsi Sumsel dan 17 perguruan tinggi di Sumsel. Diantaranya Universitas Katolik Musi Charitas dan Universitas Baturaja.
Baca juga: Pusat UTBK UGM Wajibkan 9 Poin Ini bagi Peserta Tes
Duta Literasi Sumsel Percha Leanpuri menambahkan, literasi bukan sekadar membaca dan menulis.
Menurutnya, literasi adalah memahami apa yang dibaca dan didengar untuk menjadi dasar dalam memecahkan masalah sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.
“Literasi juga ditransformasikan dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Kita sekarang bukan hanya hadir memberikan bahan bacaan tapi juga memberikan skill kepada masyarakat,” ungkap Percha.
Percha mengungkapkan, pembudayaan kegemaran membaca bisa dilakukan melalui tiga hal yakni keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, ibu bisa memainkan perannya sebagai duta literasi keluarga.
Baca juga: Semua Bagian Ikan Bisa Dimanfaatkan, Ini Penjelasan Dosen UGM
Sebagai ibu, Percha juga berusaha menanamkan kegemaran membaca kepada buah hatinya.
Dia mendorong para ibu untuk meningkatkan perannya di tengah gempuran teknologi dan menariknya gawai.
"Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tinggal bagaimana ibu di rumah dalam memilih dan memilah, apalagi seorang ibu harus tahu bagaimana menyeting konten-konten yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak," urai dia.
Jadi, sebut dia, perhatian dari duta literasi keluarga sangat penting menunjang bagi generasi muda.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya menambahkan, perpustakaan merupakan hal yang esensial, sumber ilmu, dan menyimpan sejarah bangsa yang bernilai.
Dia menyayangkan karena ada beberapa kabupaten kota yang menganggap perpustakaan tidak penting.
"Maka sebab itu, ini tantangan bagi kita semua yaitu kalau setiap kelembagaan tidak menyediakan perpustakaan, saya kira bukan salah masyarakat," tutur Mawardi.
Baca juga: Kenali 6 Literasi Dasar yang Perlu Dikuasai dan Manfaatnya
Bahkan di beberapa kabupaten kota di Sumsel tidak diketahui di mana bangunan perpustakaannya.
"Yang dikenal hanya kantornya saja. Tugas kita semua mengingatkan bupati, kepala daerahnya di setiap kabupaten. Apalagi kadang-kadang mobil perpustakaan keliling, tidak ada. Sebab itu, bagaimana akan sukses yaitu semangat ini apabila kita tidak sediakan fasilitasnya. Ini menjadi tugas kita bersama ke depan,” tandas Mawardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.