Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Siti Maryam, Guru SLB Menjawab Stigma "Kenapa ABK Disekolahkan?"

Kompas.com - 17/11/2020, 10:32 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Ia pun menanyakan kepada warga sekitar dan ternyata anak itu tidak masuk ke dalam kelas karena tidak bisa mendengar serta berbicara.

“Saya datangi anak itu dan berbicara, ‘Mengapa kamu suka melihat ke dalam? Kamu mau belajar?’ Ternyata dia mau belajar. Nah, dari situ saya mikir gimana anak ini bisa dapat pendidikan,” lanjut Ajah.

Meski setelah itu Ajah masuk ke program guru bantu dan mendapatkan penugasan di Cisurupan, Garut, tetapi ia merasa hatinya masih berada di Bungbulang.

Baca juga: Perhatikan Pendidikan Seks Tunagrahita, Kemendikbud Luncurkan Modul PKRS

“Hati saya tetap ingin kembali ke Bungbulang. Walaupun bukan daerah saya sendiri, saya ingin membantu anak berkebutuhan khusus yang belum mendapatkan pendidikan. Maka cita-cita saya ingin membina dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus di Bungbulang,” tegasnya.

Berkat Siti, Ajah, dan bantuan keluarga serta kerabat, berdirilah SLBS Putra Hanjuang pada 2011 dengan pengajar-pengajar yang awalnya tidak mendapatkan honor.

“Karena di SLBS putra Hanjuang ini intinya tidak ada honor, seperti mereka yang siapa mau dan terpanggil hatinya untuk membimbing mereka-mereka, ya kami raih,” ucap Siti.

Namun untuk saat ini, pengajar yang bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah dan terkadang dari sekolah sendiri untuk memperoleh gaji.

Atasi tantangan pandemi

Tidak bisa terhindarkan, SLBS Putra Hanjuang juga mendapat tantangan baru pada saat pandemi Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com