Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Minta Guru Jangan Membandingkan Nilai

Kompas.com - 19/10/2020, 21:15 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dua siswa dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Collage, Merryll Panggabean dan Charisa Nicole mengungkapkan mereka merasa malu bila guru membandingkan nilai murid yang tergolong jelek di depan semua orang.

“Waktu guru menunjukkan terang-terangan di kelas, nilai satu kelas gitu. Mungkin ya bagi anak yang nilai-nilai bagus, mereka akan fine-fine saja. Tapi buat yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itu tuh malunya bisa malu banget dan bisa lama malunya,” ujar Merryll pada Kamis (15/10/2020) di akun YouTube REFO Indonesia.

Dalam web seminar bertajuk “Menilik Curahan Hati Peserta Didik”, Merryll menjelaskan murid mengalami tekanan akademis lewat perasaan malu yang muncul.

Baca juga: 8 Webinar Gratis Kemendikbud untuk Asah Keterampilan Guru

Apalagi bila nilai siswa peringkat akhir dibanding-bandingkan dengan peringkat pertama.

Walaupun murid terlihat biasa-biasa saja, tetapi Merryll sering melihat sebenarnya di dalam hati, murid tersebut merasa stres memikirkan nilainya dan pendapat yang datang dari orang lain.

“Misalnya guru share screen nilainya itu sebetulnya itu malu banget soalnya itu bisa di screenshot. Misalnya mereka mau kasih lihat, ‘Ini nih, Ma, aku dapat nilainya segini’ mereka screenshot gitu, terus mereka enggak sengaja ke screenshot nilai temannya yang benar-benar jelek itu. Itu kan bisa malu-maluin banget,” cerita Merryll.

Selaras dengan Merryll, Charisa Nicole atau yang lebih akrab disapa Nicole menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kuis daring secara mendadak.

Pada saat itu, Nicole merasa sedikit lelah dan pada akhirnya mendapatkan nilai yang terendah di kelasnya.

“Terus gurunya waktu itu sebut, 'Oke nilai terbaik dengan juara pertama namanya ini. Terus yang urutan terakhir Nicole ya. Kamu rendah banget ya Nicole dari segini cuman dapat segini'. Nah itu saya kayak malu banget dong apalagi itu disebutin di depan semua kelas,” tuturnya.

Ia menyarankan lebih baik bila guru hanya mengumumkan murid yang memiliki nilai tinggi aja.

“Karena perkataan guru itu benar-benar kita pandang tinggi. Kalau misalnya guru muji kita di kelas, misalnya saya baru jawab pertanyaan dan gurunya muji kayak ‘Oke bagus ya Nicole jawabannya ya. Ibu senang sama jawaban kamu’ Itu pasti saya bangga banget. Wah nama saya disebut nih, sama guru dipuji,” jelas Nicole.

Komunikasi untuk saling mengerti

Di sisi lain, Nicole mengerti dan tidak melabeli semua guru melakukan hal yang sama dengan mengumumkan nilai semua orang di depan kelas.

Merryll juga mengerti, guru memilih untuk menggunakan metode mengumumkan di kelas karena lebih mudah dan tidak menguras banyak waktu. Murid pun bisa lebih produktif mengerjakan aktivitas lain.

Namun, Merryll berharap guru-guru menggunakan alternatif lain.

“Misalnya dikasih taunya setelah kelas, ‘Kalian kalau mau tahu nilainya bisa chat Ibu atau Bapak ya’ yang enggak eksplisit gitu,” imbuhnya.

Baca juga: Orangtua dan Guru, Ini Cara Kenali dan Atasi Gangguan Mental Siswa

Selain itu, guru juga bisa menggunakan aplikasi seperti Google Classroom agar murid dapat melihat secara pribadi nilai yang ia peroleh.

Merryll memahami, guru mengumumkan nilai di depan kelas agar siswa meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak, tetapi murid yang mendapat nilai jelek bukan berarti tidak pintar.

“Karena juga yang pintar akademik itu dapat nilai yang jelek kok kadang-kadang. Mungkin mereka di rumah lagi ada masalah sama keluarga, jadi mereka mikirin itu mulu. Jadi kita benar-benar harus ngertiin gitu,” kata Merryll.

Maka dari itu, Merryll dan Nicole yakin bahwa segala sesuatu bisa dicapai dengan melakukan diskusi bersama-sama secara baik sehingga guru dan siswa dapat saling mengerti.

“Gurunya bisa kayak ‘Maaf ya, Nak. Ibu kemarin memang lagi cape, jadi ibu buru-buru. Ibu kira share screen jadi bisa gampang gitu’. Tapi itu gapapa, kita pasti bisa ngerti dan kita pasti tidak akan dendam guru juga,” jelasnya.

Maka dari itu, Nicole dan Merryll menekankan pada pentingnya komunikasi antar guru dan murid sehingga menciptakan tenggang rasa dan pembelajaran yang lebih baik.

“Jangan sampai kita terisiolasi dengan berkomunikasi dengan sesama lain karena keterbukaan itu penting banget dan komunikasi yang baik itu sangat-sangat penting,” ujar Nicole.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com