Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

I-4 Diaspora: Belajar dari Kehidupan Akademik Sekolah dan Kampus Jepang PascaCovid-19

Kompas.com - 15/06/2020, 18:29 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh: Dr. Dedy Eka Priyanto (Senior Consultant, KPMG) | Dr. Muhammad Aziz (Associate Professor, University of Tokyo) | Dr. Satria Zulkarnaen Bisri (Research Scientist, RIKEN & Visiting Associate Professor, Tokyo Institute of Technology)

KOMPAS.com - Dunia akademik di Jepang juga mendapatkan dampak lumayan besar. Kehidupan sekolah dasar dan menengah sedikit demi sedikit telah dibuka kembali, terutama setelah diangkatnya “keadaan darurat” di setiap daerah.

Meskipun beberapa sekolah, terutama swasta, telah memulai kelas online selama masa “keadaan darurat”, kelas online belumlah menjadi kebijakan diterapkan di seluruh sekolah dasar hingga menengah.

Pertimbangan utama terkait dengan hal ini lebih kepada belum siapnya sumber daya manusia (guru) berpengalaman dengan kelas online dan juga jaminan infrastruktur merata dan mencukupi untuk semua anak didik.

Adanya ketidaksiapan fisik dan non-fisik ini ditakutkan akan menciptakan sebuah gap (perbedaan) dalam kemampuan belajar anak di seluruh wilayah Jepang.

Kenaikan aktivitas belajar 50 persen

Aktivitas belajar mengajar setelah pengangkatan keadaan darurat di jenjang pendidikan dasar hingga menengah dimulai secara perlahan-lahan.

Baca juga: I-4 Diaspora: Pelajaran dari Jepang Dalam Penanganan Covid-19 dan New Normal

 

Di dua atau tiga minggu pertama (tergantung daerah dan sekolah), aktivitas pendidikan dilaksanakan sebesar 20 persen di mana siswa masuk satu atau dua kali dalam seminggu dengan jumlah jam sangat dibatasi. Siswa hanya mengambil dan menyerahkan tugas rumah.

Setelah itu, aktivitas pendidikan ditargetkan bisa ditingkatkan ke angka aktifitas sebesar 30 persen dan 50 persen, di mana frekuensi dan jam belajar anak ditambah.

Dari pengamatan anak-anak sekolah dasar di wilayah Tokyo, setelah sekitar 3-4 minggu setelah pengangkatan keadaan darurat, anak didik masuk setiap hari dengan jumlah jam belajar separuh dari jam normal dan dibuat dua shift untuk setiap kelas.

Total aktivitas terjaga di angka 50 persen. Dari yang biasanya anak bersekolah dari pagi hingga sore, di masa ini anak bersekolah dengan ada jadwal sekolah pagi dan sekolah siang dengan jumlah murid setengahnya.

Di sini, peran guru berkorban dengan mengajar dua kali untuk hal sama, walaupun sebenarnya jumlah jam mengajarnya tidak berubah dibandingkan sebelum pandemi.

Setiap hari pun, guru-guru terus mengingatkan tentang kondisi pandemi ini dan juga pentingnya social distancing di sekolah kepada anak-anak, selain secara rutin menjelaskan ulang mengenai teknik cuci tangan dan bagaimana memperlakukan masker.

Protokol kesehatan ketat

Setiap anak diwajibkan menjaga protokol secara ketat termasuk memakai masker,mencuci tangan sebelum masuk kelas dan penyediaan desinfektan di berbagai sudut sekolah dan di pintu masuk kelas.

Selain itu, anak-anak harus melakukan pengukuran suhu badan sebelum berangkat sekolah (suhu badan diatas 37,5 derajat celcius tidak diperbolehkan masuk sekolah) setiap hari dan harus dicatat di kartu khusus yang diserahkan ke sekolah setiap harinya.

Sekolah pun memeriksa kembali suhu badan anak-anak sebelum mereka memasuki gedung sekolah.

Baca juga: I-4 Diaspora: Situasi Normal Baru di Korea, Apa Pelajaran Bisa Kita Dapatkan?

 

Juga untuk beberapa waktu ke depan tidak diadakan pelayanan makan siang di sekolah. Normalnya, sekolah di Jepang menyediakan makan siang sebagai bagian dari kurikulum food education di semua jenjang.

Di banyak daerah, sudah ditetapkan kegiatan-kegiatan tahunan rutin seperti kompetisi olah raga antarkelas (undokai) dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya ditiadakan untuk tahun ajaran ini.

Selain itu, waktu istirahat antar jam pelajaran pun dikurangi, supaya anak-anak tidak memiliki terlalu banyak peluang untuk kontak fisik (bermain).

Hak belajar mahasiswa

Terkait dengan pendidikan tinggi, setiap perguruan tinggi mempunyai kewenangan otonom dalam menentukan pola pengajaran dengan syarat tetap memenuhi persyaratan dan kebijakan dari negara dan masing-masing wilayah (prefektur).

Oleh karena itu, pada dasarnya, kuliah masih dilaksanakan secara online di semua perguruan tinggi.

Satu hal menjadi pertimbangan utama dalam penentuan metode dan jadwal kuliah adalah terkait dengan jaminan akan terpenuhinya hak belajar bagi setiap mahasiswa.

Beberapa kampus besar, seperti University of Tokyo, telah memulai kuliah online tanpa merubah jadwal kuliah awal.

Untuk memenuhi jaminan hak belajar mahasiswa, pihak universitas menyiapkan bantuan, terutama infrastruktur kepada mahasiswa membutuhkan atau belum mempunyai kesiapan, termasuk peminjaman komputer, wifi router, penambahan paket internet, dan teaching assistant.

Adapun beberapa kampus lain memutuskan menunda waktu mulai kuliah sekitar 1 hingga 1,5 bulan dari awal tahun ajaran baru (April) guna mempersiapkan platform baik secara fisik maupun non-fisik.

Metode pengajaran

Pengajaran ataupun kuliah online boleh dilakukan dengan syarat adanya jaminan interaksi dua arah dan juga terpenuhinya jumlah jam pengajaran untuk setiap mata pelajaran.

Pada dasarnya ada dua metode dalam pengajaran online ini:

1. Pengajaran secara waktu langsung

Pengajaran secara real time atau waktu langsung dilaksanakan sebagaimana pengajaran dalam kelas biasa di mana pengajar dan siswa berinteraksi dalam waktu yang sama.

Harus ada jaminan siswa tidak mengalami adanya halangan, baik secara audio maupun video, untuk berinteraksi dengan pengajar selama jam pengajaran. Teaching assistant dibolehkan untuk membantu agar proses belajar mengajar memenuhi syarat yang ada.

Baca juga: I-4 Diaspora: Tanpa WHO dan Lockdown, Taiwan Berhasil Lewati Pandemi Covid-19

2. Pengajaran berbasis kebutuhan

Dalam metode pengajaran berbasis on-demand ini, video materi utama pengajaran disampaikan oleh pengajar tidak secara real time.

Pembelajaran diberikan dalam bentuk rekaman yang diunggah di tautan tertentu sehingga siswa bisa mengakses kapan saja sesuai dengan ketersediaan waktu mereka.

Tetapi meskipun materi pengajaran utama tidak disampaikan secara real time, tetap perlu dilaksanakan interaksi dua arah mencukupi selama atau setelah penyampaian pelajaran.

Untuk menjamin interaksi ini, ada dua cara bisa diambil:

  • Adanya teaching assistant yang berada atau menemani secara langsung di tempat siswa selama siswa melaksanakan jam belajar, sehingga tanya jawab maupun interaksi lain dilaksanakan secara langsung antara teaching assistant dan siswa.
  • Diadakannya jam interaksi real time secara online antara pengajar dan siswa setelah selesainya jam belajar melalui video on-demand. Interaksi ini bisa dilaksanakan menggunakan video, audio, maupun teks (chat) secara waktu langsung.

Bantuan untuk mahasiswa

Selanjutnya untuk mendukung aktivitas dan meringankan kondisi mahasiswa, beberapa universitas telah menyiapkan beberapa bentuk bantuan.

Berikut beberapa contoh bantuan kepada mahasiswa oleh University of Tokyo:

1. Bantuan keadaan darurat

Universitas menyediakan bantuan sebesar 50 ribu yen kepada mahasiswa yang mendaftar dikarenakan membutuhkan bantuan ini.

Skema ini diperuntukan terutama kepada mahasiswa yang sangat membutuhkan, seperti yang menghadapi berkurangnya penghasilan dari kerja paruh waktu dan perubahan kondisi keuangan keluarga, dari mana mereka menggantungkan hidup dan membiayai kuliah selama ini.

Baca juga: I-4 Diaspora: Tanpa WHO dan Lockdown, Taiwan Berhasil Lewati Pandemi Covid-19

2. Pembebasan biaya kuliah

Beberapa mahasiswa yang memenuhi syarat akan dibebaskan dari kewajiban pembayaran kuliah. Diutamakan kepada mahasiswa di mana orangtuanya atau penyedia keuangan si mahasiswa mengalami penurunan pemasukan.

3. Informasi bantuan lain

Penyediaan informasi aktif terkait dengan bantuan-bantuan lain yang disediakan oleh pemerintah (kementerian) dan juga pihak-pihak swasta lainnya, termasuk industri dan lainnya.

4. Kesempatan class supporter dan university-common supporter.

Kampus membuka kesempatan luas kepada para mahasiswa yang ingin bekerja paruh waktu untuk kampus, baik sebagai teaching assistant selama perkuliahan online maupun jenis kerja paruh waktu lainnya di kampus.

Menaikan aktivitas perkuliahan

Adapun aktivitas selain pengajaran, seperti riset dan lainnya, pada dasarnya dilaksanakan secara bertahap.

Tahap awal merupakan tahap persiapan atau reaktivasi dimana aktivitas dilaksanakan sebesar 20-30 di mana bisa dilaksanakan dengan cara pengurangan kepadatan di setiap ruangan maupun pembagian jam aktif untuk masing-masing anggota.

Pada dasarnya hanya mahasiswa yang fokus kepada riset (S2, S3 dan sebagian S1 yang memasuki masa tugas akhir) saja yang diperbolehkan datang ke kampus.

Masa ini diperkirakan berlangsung sekitar 1-2 bulan. Selanjutnya jika kondisi membaik, aktivitas akan ditingkatkan di sekitar angka 50 persen dan diperkirakan akan berlangsung selama 6 bulan hingga 2 tahun tergantung kepada ditemukannya vaksin CoVID-19.

Setelah vaksin ditemukan, aktivitas akan diproyeksikan kembali normal dengan angka aktivasi 80-100 persen.

Sistem-sistem online sangat diusahakan agar secepatnya bisa memfasilitasi aktivitas pengajaran dan riset, termasuk virtual reality untuk beberapa praktikum yang ada.

Baca juga: I-4 Diaspora: Belajar Keberhasilan Zero Cases dari Normal Baru Brunei Darussalam

Artikel ini merupakan rangkaian kurasi tulisan ilmuwan diaspora Indonesia yang tergabung dalam I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dan dikumpulkan oleh Dr. Sastia Prama Putri, Sekjen I-4.

Seri tulisan "New Normal" dari berbagai perspektif ilmuwan diaspora beberapa negara ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat memasuki masa "kenormalan baru" di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com