Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sekolah Penggerak dan Pendidikan Karakter

Menurut Nunung Nurhayati, Kepala SDN Sumberagung Bantul, setelah menjadi Sekolah Penggerak Angkatan 2 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, para guru di sekolahnya menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa.

Siswa difasilitasi guru untuk menemukan dan menumbuhkan potensi dirinya serta mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar sekolah.

Marciana Sarwi, Kepala SD Kanisius Kintelan 1 Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa melalui Kurikulum Merdeka anak-anak dibentuk karakternya menjadi anak-anak kreatif, memiliki nalar kritis, berani solider dan bersikap inklusif bagi sesama rekannya di kelas.

Hal senada juga disampaikan M. Muadin, Kepala Intis School Kota Yogyakarta. Kurikulum Merdeka menciptakan sekolahnya menjadi sekolah yang mengembangkan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui berbagai kegiatan keagamaan, serta mengembangkan budaya sekolah yang aman dan nyaman untuk semua siswa.

SD Intis School membuat protokol perlindungan anak yang disepakati oleh seluruh insan sekolah untuk mencegah berbagai tindak kekerasan dan bullying.

Ungkapan-ungkapan para kepala sekolah peserta Program Sekolah Penggerak (PSP) tersebut disampaikan dalam Forum Pemangku Kepentingan Daerah (FPKD) yang diselenggarakan BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan) DIY.

Dalam Forum ini hadir Bupati, Ketua Komisi D DPRD, Kepala Bappeda, dan Kepala Dinas Pendidikan setempat sebagai stakeholders dari Kemendikbudristek dalam pelaksanaan Program Sekolah Penggerak.

Sekolah penggerak impian Kurikulum Merdeka

Sekolah Penggerak adalah sekolah impian yang diproyeksikan Kurikulum Merdeka. Sekolah Penggerak berfungsi sebagai katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Hal ini diawali dengan menyiapkan kepala sekolah dan guru yang unggul dan mampu menjadikan lulusan sekolah penggerak memiliki karakter beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, bergotong-royong, berkhebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.

Berdasarkan berbagai hasil riset, sekolah yang mengedepankan pendidikan karakter, merupakan sekolah yang paling banyak diimpikan oleh orangtua. Sekolah Penggerak pun hadir memberikan pendidikan karakter untuk para peserta didiknya.

Menurut Dr. Thomas Lickona, Ph. D, penulis buku Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, karakter memiliki definisi melakukan hal yang benar ketika tidak ada orang yang melihatnya (2007).

Hal inilah yang menjadi acuan hasil dari Pendidikan anak di sekolah. Buat apa anak memiliki prestasi akademik yang luar biasa, namun memiliki karakter buruk?

Di Sekolah Penggerak anak didorong selain memiliki karakter yang baik juga unggul dalam penguasaan literasi dan numerasi.

Ekosistem belajar yang positip

Bagaimana menguatkan literasi, numerasi dan karakter? Tentu membutuhkan tanah tumbuh untuk menyemai anak-anak dalam lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.

Pembelajaran selalu berorientasi pada kepentingan murid. Suasana ini perlu diciptakan dengan membangun budaya positif.

Sekolah perlu menyediakan lingkungan positif, tenteram, dan damai agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, serta tanggung jawab.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau kembali adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah.

Salah satu pendekatan yang bisa digunakan guru, orangtua, orang dewasa dalam mendisiplinkan anak tanpa menggunakan kekerasan adalah disiplin positif. Pertanyaannya adalah apakah disiplin positif itu?

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa disiplin positif adalah pendekatan yang dalam mendisiplinkan bahkan membangun karakter anak tanpa menghukum.

Karena tidak memberikan hukuman, ada yang berpendapat bahwa disiplin positif adalah bentuk pemberian kebebasan kepada anak, sementara anak tidak menyadari kesalahannya, atau mungkin kesalahan disebabkan oleh orang lain.

Hukuman mengarah pada pengendalian perilaku anak, sementara disiplin positif lebih pada mengembangkan perilaku anak.

Dengan demikian, hukuman lebih mengarah pada bagaimana mengontrol perilaku atau tindakan sesuai dengan kemauan guru.

Disiplin positif menekankan pada tanggungjawab anak dan perilakunya, mengenai pengendalian diri serta kepercayaan bahwa anak mampu mengembangkan dan memahami bagaimana berperilaku yang pantas.

Tujuan utama dari kedisiplinan adalah agar anak memahami tingkah lakunya sendiri, berinisiatif dan bertanggungjawab atas apa yang mereka pilih, serta menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain.

Dengan kata lain, disiplin menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidup anak.

Disiplin positif adalah program yang perlu dirancang di Sekolah Penggerak untuk mengajarkan anak untuk menjadi bertanggungjawab serta hormat pada diri sendiri dan orang lain.

Menurut Jane Nelson, disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting bagi anak-anak dan orang dewasa (termasuk orangtua, guru dan pendidik). Upaya ini dimulai dengan membangun kesadaran anak akan diri dan lingkungan.

Perlunya dukungan Pemerintah Daerah

Program Sekolah Penggerak merupakan program kolaborasi antara Kemendikbudristek dengan Pemerintah Daerah di mana komitmen Pemda menjadi kunci utama.

Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Intervensi dilakukan secara holistik, mulai dari penyiapan SDM di sekolah, kepala sekolah dan guru, pembelajaran, perencanaan, digitalisasi, dan pendampingan dari Pemerintah Daerah.

PSP memiliki ruang lingkup yang mencakup seluruh kondisi sekolah, tidak hanya sekolah unggulan saja, tapi semua sekolah baik negeri dan swasta.

Pendampingan dilakukan selama 3 tahun ajaran dan setelahnya sekolah melanjutkan upaya transformasi secara mandiri dengan pendampingan dari Pemerintah Daerah.

Untuk itu Pemerintah daerah perlu mengeluarkan regulasi berupa peraturan bupati atau peraturan wali kota untuk mendukung Program Merdeka Belajar di mana PSP menjadi salah satu bagian dari Episode Merdeka Belajar.

Regulasi diperlukan untuk menjamin kepastian hukum dan penganggaran bagi Dinas Pendidikan.

Untuk mewujudkan sekolah impian yang mampu mewujudkan karakter Profil Pelajar Pancasila, program PSP perlu terus didukung oleh peran pemerintah daerah, fasilitator sekolah penggerak (FSP) dan pengawas sekolah, kepala sekolah, komite pembelajaran, komite sekolah, orang tua, guru dan siswa.

Para stakeholders/pemangku kepentingan tersebut perlu untuk bertemu secara periodik untuk berdiskusi dan berefleksi mengenai berbagai upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan yang dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan dalam mensukseskan Program Sekolah Penggerak. Selamat datang sekolah impian.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/05/28/154017071/sekolah-penggerak-dan-pendidikan-karakter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke