Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Cerita Alumnus UNY yang Peduli Pendidikan di Daerah 3T

KOMPAS.com - Mengajar di daerah tertinggal atau di daerah 3T tentu tidaklah mudah. Hal itu seperti yang dialami oleh Koko Triantoro.

Alumnus Prodi Pendidikan IPA Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu ikut Program Guru Garis Depan (GGD) dan Sekolah Garis Depan (SGD).

Ia kemudian ditempatkan di SD Embacang Lama Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan.

Ternyata, ia memiliki banyak pengalaman mengajar di daerah 3T karena merupakan alumni Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) penempatan Ende Nusa Tenggara Timur serta pernah mengajar di Astra Agro School Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

"Pengalaman mengajar di daerah terpencil 3T, saya sadar akan kesenjangan yang sangat tinggi utamanya bidang pendidikan yaitu bahasa, membaca dan berhitung," ujar Koko dikutip dari laman UNY, Senin (11/7/2022).

Peduli pendidikan di daerah terpencil

Koko sejak 2017 bertugas di SD Rompok Tebing Tinggi Koko harus berjalan kaki pulang pergi 90 menit melewati hutan, padahal jika ditempuh menggunakan perahu hanya 15 menit.

Saat itu terpikirkan kesadaran untuk membangun pedalaman. Koko juga aktif di Koordinator Relawan Negeri Nasional yang menaruh perhatian terhadap pendidikan di daerah terpencil.

Dikatakan Koko, kegiatan mengajarnya di SD Embacang Lama menghadapi kesulitan karena kendala bahasa dimana siswa terbiasa bahasa daerah hingga kesulitan memahami pelajaran.

"Saat ini kami sedang menggarap program zero literacy (nol buta aksara/ membaca) dengan metode calistung grade," kata Koko.

Metodenya dari kelas 1-6 itu akan diklasifikasikan siswa dengan grade A-D kategori kemampuan membaca. Setelah didapat data dari wali kelas, siswa akan dikelompokan dalam grade tersebut sesuai kemampuannya.

Grade terendah D dan tertinggi A. Waktu kegiatan diambil seminggu 2 kali 30 menit menjelang waktu pulang. Hasilnya akan dievaluasi tiap 2 minggu sekali.

Untuk buku panduannya disusun buku latihan baca, sehingga diharapkan satu semester grafik kemampuan siswa membaca meningkat. Karena grade hanya 4, maka 2 kelas grade bisa d pegang 2 atau 3 guru, sehingga siswa lebih intens dalam pendampingan membaca.

Berharap ada bantuan perahu

Selain itu, sebagai relawan Koko juga menaruh perhatian pada pendidikan di wilayahnya, seperti di SD Negeri Sungai Jambu wilayah Dusun 5 Desa Muara Tiku Kecamatan Karang Jaya Musi Rawas Utara.

Para siswa sekolah ini rela berjalan kaki selama 1 jam menempuh jalan yang curam dan menyeberangi sungai untuk ke sekolahnya.

Bahkan jika hujan lebat para siswa tersebut terlambat datang atau tidak masuk sekolah karena jalan yang sulit untuk dilalui.

Untuk itulah pihak sekolah sangat mengerti dengan keadaan para siswa tersebut dan tetap bangga karena siswa ingin terus sekolah walaupun harus berjalan jauh.

Harapannya tentu ada bantuan perahu untuk 20 siswa dan 9 guru yang mengajar di SD Negeri Sungai Jambu karena dapat memotong waktu ke sekolah menjadi hanya sekitar 15 menit saja.

Program GGD sendiri dimulai pada 2015 dengan mengirimkan 798 guru ke-28 kabupaten di daerah 3T yang tersebar di empat provinsi.

Ke-798 guru tersebut terpilih melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) formasi PNS untuk para lulusan SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah 3T).

Dari target sebanyak 4.298 guru, sebanyak 1.480 guru yang mendaftar. Salah satu peserta GGD tersebut adalah Koko Triantoro.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/11/154332071/ini-cerita-alumnus-uny-yang-peduli-pendidikan-di-daerah-3t

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke