Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar IPB: Perlu Strategi dan Prioritas dalam Pemberian Vaksin PMK

KOMPAS.com - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih terus terjadi di Indonesia. Menjelang Idul Adha, wabah PMK ini juga menjadi keresahan tersendiri baik bagi masyarakat maupun pedagang hewan kurbam.

Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah meluasnya wabah PMK ini. Butuh strategi untuk mengendalikan wabah PMK ini.

Yakni kerjasama antarsemua pihak. Strategi ini termasuk penerapan lockdown wilayah, edukasi, biosekuriti hingga vaksinasi.

Guru Besar Imunologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. I Wayah Teguh Wibawan mengatakan, ketersediaan vaksinasi untuk hewan yang peka memang belum cukup karena jumlahnya terbatas.

Sehingga pemberian vaksin di tengah wabah PMK ini harus diberikan pada hewan yang diprioritaskan dan jenis hewan prioritas dapat berbeda di tiap wilayah.

"Vaksinasi PMK harus dilakukan hanya pada hewan sehat, baik yang tidak pernah terinfeksi maupun yang sudah sembuh," papar Prof. I Wayah Teguh Wibawan seperti dikutip dari laman IPB, Senin (4/7/2022).

Dia menekankan, evaluasi pascavaksinasi juga harus dilakukan dan pemantauannya harus berbasis ilmiah.

"Strategi dan prioritas vaksinasi PMK dibuat karena adanya keterbatasan jumlah vaksin PMK dan dilakukan secara bertahap," imbuh dia.

Menurut Prof. I Wayah Teguh Wibawan, kematian akibat PMK memang di bawah 5 persen namun morbiditasnya sangat tinggi hingga 100 persen.

"Angka ini tidak boleh diremehkan sama sekali, terutama penyebaran bersifat aerogen dan di wilayah tropis seperti di Indonesia sangat mudah," urai Prof. I Wayah Teguh Wibawan.

Dia menjelaskan, langkah-langkah pengawasan dan pengobatan kematian dapat ditekan tidak sampai mencapai 0.5 persen dalam kondisi tertentu.

Dia menekankan, hal utama yang berperan dalam penyebaran virus ini adalah pergerakan hewan carrier. Sehingga tindakan biosekuriti dalam pemilihan desinfektan harus menjadi perhatian.

Bila hewan terjangkit dan bisa ditangani dengan benar, tingkat kesembuhannya akan tinggi dan akan sembuh dalam 7 hingga 10 hari.

"Meskipun kita memberikan perawatan tambahan, bukan berarti dapat membunuh virus," imbuhnya.

Langkah tersebut bertujuan menjaga kebugaran sapi atau membantu penyembuhan sapi. Supaya sel-sel dalam tubuh menggantikan sel yang rusak dalam bentuk multivitamin, antipiretik, antiradang, desinfektan dan tentu antibiotik dalam kondisi tertentu sebagai penghambat infeksi sekunder yang memperparah kondisi.

"Hewan yang sembuh relatif layak dijadikan hewan kurban. Namun perlu diingat bahwa tampak sembuh masih berpotensi menularkan virus," tandasnya.

Pemeriksaan dari aspek kesehatan perlu jadi perhatian sebelum dan setelah dipotong. Semua pihak juga harus memahami sifat virus PMK agar dapat menerapkan strategi yang cocok dan praktis untuk diterapkan di lapangan.

"Jenis serotype virus PMK cukup banyak dan kondisi terkini virus PMK di Indonesia bertipe O. Memang sebaran yang paling dominan di negara lain adalah serotipe A, namun tidak mengecilkan kemungkinan serotype yang lain dapat masuk," beber dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/04/133157071/pakar-ipb-perlu-strategi-dan-prioritas-dalam-pemberian-vaksin-pmk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke