Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perguruan Tinggi Tak Bisa Berdiri Tanpa Kolaborasi

KOMPAS.com - Perguruan tinggi tidak bisa hidup dan jalan sendiri, perlu berkolaborasi dengan perguruan tinggi lain, baik di papan atas maupun bawah.

Hal itu bertujuan, agar perguruan tinggi bisa bertahan saat menghadapi tantangan, seperti masa pandemi Covid-19 dan mendatang.

"Semua membutuhkan mitra (internal dan eksternal), agar dapat mutual benefit yang diperoleh perguruan tinggi," kata Rektor Untar, Agustinus Purna Irawan dalam acara webinar APTIK, Rabu (20/1/2021).

Agustinus mengatakan, perguruan tinggi juga perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, seperti pemerintah, dunia usaha, orangtua, calon mahasiswa, media massa, dan lainnya.

Dengan adanya kolaborasi, maka kompetensi dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi mengalami peningkatan.

Pada akhirnya, lulusan atau sumber daya manusia (SDM) perguruan tinggi terbukti mumpuni. Dengan begitu, dapat dilirik oleh dunia usaha.

"Lulusan perguruan tinggi handal miliki kognitif, psikomotorik, dan afektif," jelas dia.

Demi memulai kolaborasi, bilang dia, bisa dimulai dari dosen dan mahasiswa yang bekerjasama dengan civitas akademika perguruan tinggi lain.

Kolaborasi bisa dimulai dari hal kecil dan tidak perlu birokrasi yang rumit.

"Seperti publikasi bersama, penelitian bersama, bahan ajar bersama, dan membuat konten bersama. Tidak segera diformalkan, kalau formal setelah yakin dilaksanakan dan menguntungkan," sebutnya.

Perguruan tinggi telah paham konsep Kampus Merdeka

Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi kemendikbud, Pariyanti Nurwandani mengatakan, mayoritas perguruan tinggi di Indonesia sudah memahami Kampus Merdeka.

Namun, masih ada sedikit perguruan tinggi yang belum memahami Kampus Merdeka.

"Dari hasil survei, ada sebanyak 85-90 persen perguruan tinggi sudah paham. Sedikit saja yang belum tahu Kampus Merdeka," jelas Pariyanti.

Dengan adanya Kampus Merdeka, banyak perguruan tinggi yang melakukan kolaborasi dengan pihak lain, seperti magang dan pertukaran pelajar.

"Di posisi ini memang sulit bagi perguruan tinggi kecil yang mencari mitra untuk Kampus Merdeka. Tapi, kami fasilitasi itu, agar mereka mendapatkan mitra Kampus Merdeka," ungkapnya.

Saat ini, lanjut dia, Kemendikbud memiliki tantangan yang besar. Yakni, memberitahukan para pimpinan perguruan tinggi yang belum menjalankan Kampus Merdeka.

"Ada 10 persen perguruan tinggi yang belum paham dan menjadikan kampusnya sebagai Kampus Merdeka," keluh dia.

Padahal, lanjut dia, Kampus Merdeka merupakan program utama Kemendikbud untuk para perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/20/163717771/perguruan-tinggi-tak-bisa-berdiri-tanpa-kolaborasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke