Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Pengungsi akibat Konflik dan Perang Bertambah, Indeks Perdamaian Menurun

Kompas.com - 25/06/2022, 13:16 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah pengungsi secara global pada 2022 kembali menunjukkan rekor tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Rekor ini tercatat tinggi, terhitung sejak Perang Dunia II pada 1940-an.

Dilansir dari situs The Ohio State University, diperkirakan Perang Dunia II dan konflik setelahnya mengakibatkan 165 juta orang harus berpindah dari tempat asalnya.

Termasuk di dalamnya 60 juta orang di Eropa, 15 juta orang di Asia Selatan, 1 juta orang Palestina pada tahun 1948, dan di Asia Timur termasuk dampak invasi Jepang ke China sebanyak 90 juta.

Kemudian, jumlah pengungsi pada Mei 2022 yang tercatat oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) jumlahnya mencapai 100 juta orang.

Jumlah itu merupakan dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina, serta konflik di Afrika dan Afghanistan.

Baca juga: PBB Catat Rekor Jumlah Pengungsi Dunia, Capai 100 Juta Orang

Indonesia juga menerima dampak gelombang pengungsi ini, di antaranya dengan kedatangan penduduk Timur Tengah dan etnis Rohingya yang lari dari negaranya mencari keselamatan.

Tercatat saat ini terdapat 13.100 pengungsi dari negara asal, tinggal di Medan, Aceh, Pekanbaru, Batam, Surabaya, Kupang, Makassar, Jakarta, Semarang dan beberapa kota lainnya.

UNHCR mengapresiasi sikap Indonesia yang bersedia menjadi tempat sementara untuk mereka, meskipun belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951.

"Marilah juga kita ingat bahwa dengan bantuan tetangga, komunitas dan negara-negara yang membuka tangannya, para pengungsi dapat membangun kembali kehidupan mereka, berkontribusi dan menjadi orang–orang yang berhasil dimanapun mereka berada,” kata Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann, dalam peringatan Hari Pengungsi Dunia, Senin (20/6/2022).

Baca juga: Disinformasi Video Anak Perempuan Palestina Dikaitkan dengan Perang Rusia-Ukraina

Indeks perdamaian berkurang

UNHCR menjelaskan, perpindahan para pengungsi dari tempat asalnya disebabkan perang, kekerasan, penganiayaan, pelanggaran hak asasi manusia, serta krisis ekonomi yang membuat keselamatan mereka terancam.

Semakin banyaknya jumlah pengungsi menunjukkan intensitas konflik di dunia semakin tinggi. Semakin banyak tempat tidak aman yang memaksa penduduknya pergi.

Misalnya, perang antara Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari 2022 yang membuat tempat itu tidak aman dan mengharuskan warga sipil Ukraina mengungsi ke kota atau negara lain.

The International Committee of the Red Cross (ICRC) Indonesia mengatakan, berdasarkan data dari PBB, jumlah pengungsi terkait perang Rusia dan Ukraina mencapai 14 juta orang.

Hampir 7 juta di antaranya pergi ke negara-negara tetangga, dan kini 2,1 juta orang telah kembali ke Ukraina. Sementara pengungsi dalam negeri jumlahnya 8 juta orang.

Baca juga: Perang di Rusia-Ukraina, tetapi Mengapa Hoaksnya Beredar di Indonesia?

ICRC yang berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dan juga PBB melaksanakan tiga perlintasan aman bagi warga sipil untuk keluar dari Mariupol dan area di sekitarnya dalam beberapa minggu terakhir.

"Jutaan orang melintasi perbatasan Ukraina untuk mencari keselamatan, tetapi kita jangan lupa bahwa ada jutaan lainnya yang selama beberapa bulan terakhir ini harus hidup di bawah tanah untuk berlindung dari bom yang berjatuhan. Rumah, sekolah, rumah sakit dan infrastruktur sipil penting lainnya telah hancur," demikian pernyataan ICRC yang diterima Kompas.com.

Indeks Perdamaian Dunia (GPI) yang dikeluarkan oleh Institute for Economics and Peace (IEP) berusaha mengukur kedamaian di 163 negara yang setara dengan 99,7 persen populasi dunia.

Tiga indikator penilaian yang mereka gunakan adalah tingkat keselamatan dan keamanan masyarakat, konflik domestik dan internasional yang berkelanjutan, serta tingkat aktivitas militer.

Dalam publikasi IEP disebutkan GPI rata-rata negara-negara itu terus memburuk 11 tahun terakhir.

Terakhir pada 2022, GPI rata-rata membutuk 0,3 persen dari tahun sebelumnya.

Lima negara yang perdamaiannya paling merosot adalah Ukraina, Guinea (Afrika Barat), Burkina Faso (Afrika Barat), Rusia, and Haiti.

Sebaliknya yang paling membaik adalah Libya, Mesir, Saudi Arabia, Filipina and Algeria.

Dengan demikian setidaknya dapat diukur dalam 11 tahun terakhir kehidupan dunia semakin tidak damai dari tahun ke tahun, yang disertai meningkatnya jumlah pengungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com