KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina menjadi peristiwa yang mengejutkan warga dunia pada kuartal pertama 2022.
Berbagai hal yang berkaitan dengan konflik Rusia-Ukraina menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet pengguna media sosial, termasuk warganet Indonesia.
Akan tetapi, informasi yang beredar di media sosial terkait konflik kedua negara tersebut dicemari oleh misinformasi dan disinformasi.
Banyak informasi menyesatkan yang dikonsumsi dan akhirnya membentuk cara pandang masyarakat Indonesia terhadap konflik Rusia-Ukraina.
Baca juga: Tren Misinformasi dan Disinformasi yang Berkembang Sejak Konflik Rusia-Ukraina Dimulai
Sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai, Tim Cek Fakta Kompas.com telah merilis sejumlah artikel debunking untuk klaim-klaim yang beredar di media sosial.
Beberapa klaim yang terbukti keliru, antara lain, video persenjataan anti-pesawat milik Rusia, dan foto warga Ukraina menjual tank Rusia di marketplace e-Bay.
Beredarnya hoaks seputar konflik Rusia-Ukraina menjadi hal yang menarik dicermati.
Pasalnya, konflik kedua negara itu terjadi di tempat yang sangat jauh, dan tidak melibatkan masyarakat Indonesia secara langsung.
Lantas, apa yang menyebabkan masyarakat Indonesia sangat bersemangat mengikuti perkembangan konflik Rusia-Ukraina, hingga terpapar informasi hoaks?
Baca juga: [HOAKS] CNN Beritakan Seorang Jurnalis Tewas hingga Dua Kali, di Afghanistan dan Ukraina
Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang membuat masyarakat Indonesia sangat bersemangat membicarakan perang Rusia-Ukraina di media sosial.
Drajat mengatakan, latar belakang historis persahabatan Indonesia dengan Uni Soviet menjadi salah satu faktornya. Seperti diketahui, Rusia dan Ukraina merupakan negara-negara pecahan Uni Soviet.
Namun, menurut Drajat, ada faktor yang lebih dominan yang mendorong masyarakat Indonesia untuk mengikuti segala perkembangan terkait perang kedua negara tersebut di media sosial.
"Ada kepentingan publik yang luas di dalam perang Rusia-Ukraina. Jadi, ini sudah ada proses transformasi dari perang milik dua negara menjadi perang milik semua orang di dunia ini," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).