KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 memicu gelombang misinformasi dan disinformasi yang membanjiri internet.
Narasi-narasi menyesatkan ini membuat opini publik yang terbentuk terkait konflik Rusia-Ukraina menjadi kabur, dan cenderung tidak sesuai dengan fakta.
Dilansir dari ABC News, Kamis (3/3/2022) narasi-narasi menyesatkan terkait konflik Rusia-Ukraina, antara lain, klaim bahwa Ukraina adalah bagian dari Rusia, dan cerita-cerita heroik tentang ketangguhan tentara Ukraina menghadapi Rusia.
ABC News menyebutkan, sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai, tak kurang dari 500 artikel debunking telah dipublikasikan oleh pemeriksa fakta dari seluruh dunia untuk menjernihkan klaim-klaim menyesatkan yang beredar di internet.
Baca juga: Kiprah Roman Abramovich Saat Memegang Chelsea FC...
Gelombang misinformasi dan disinformasi yang sangat masif ini juga menyebabkan terjadinya pelaporan yang keliru (misreporting) terkait konflik Rusia-Ukraina.
Pelaporan yang salah ini bahkan dilakukan oleh kantor berita yang selama ini memiliki reputasi terpercaya dan rekam jejak kredibilitas baik.
ABC News menyebutkan, pelaporan yang tidak sesuai ini bahkan terjadi dalam salah satu berita yang mereka publikasikan.
Misalnya, laporan tentang Snake Island, sebuah pulau kecil berjarak 300 kilometer dari Ukraina, di mana disebutkan prajurit Ukraina yang berjaga di pulau itu melawan armada kapal perang Rusia sebelum akhirnya terbunuh.
Pada awalnya, Pemerintah Ukraina mengatakan bahwa mereka akan memberikan penghormatan terhadap 13 prajurit yang gugur di pulau tersebut. Pernyataan pemerintah Ukraina itu kemudian dipublikasikan oleh ABC News.
Namun, belakangan Pemerintah Ukraina mengatakan bahwa mereka meyakini para prajurit yang berjaga di pulau itu tidak ada yang terbunuh.
Kasus tersebut menjadi contoh bagaimana informasi yang tidak konsisten turut berkontribusi membentuk informasi yang keliru selama konflik Rusia-Ukraina berlangsung.
Baca juga: Disinformasi Video Anak Perempuan Palestina Dikaitkan dengan Perang Rusia-Ukraina
Sementara itu, menurut First Draft, sebuah lembaga non-profit global yang berfokus pada misinformasi dan disinformasi online, kebanyakan informasi keliru yang beredar terkait konflik Rusia-Ukraina berasal dari klaim-klaim yang belum terverifikasi.
First Draft menyebutkan, ragam informasi keliru yang beredar terkait konflik Rusia-Ukraina misalnya video lama yang diunggah kembali, teori konspirasi, dan informasi dengan konteks yang tidak sesuai.
Salah satu jenis informasi keliru ini misalnya, video yang diklaim memperlihatkan skuadron pesawat tempur Rusia menggempur Ukraina hanya dalam waktu sejam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan perintah operasi militer.