KOMPAS.com - Senat Amerika Serikat (AS) resmi meloloskan rancangan undang-undang pengendalian senjata api pada Kamis (23/6/2022) malam waktu setempat.
Dilansir dari Reuters, keputusan itu dicapai setelah voting anggota senat menghasilkan 65 suara setuju berbanding 33 suara menolak.
RUU tersebut menjadi peraturan pengendalian senjata api signifikan pertama yang disahkan dalam tiga dekade.
"Undang-undang bipartisan ini akan membantu melindungi rakyat Amerika. Anak-anak di sekolah dan masyarakat akan lebih aman karenanya," kata Presiden Joe Biden setelah pemungutan suara.
"DPR harus segera memberikan suara pada RUU bipartisan ini dan mengirimkannya ke meja kerja saya," ucapnya.
Baca juga: KABAR DATA: Melihat Fenomena Penembakan Massal di Amerika Serikat
Kepemilikan senjata api kembali menjadi perdebatan di AS setelah tragedi penembakan massal di sebuah sekolah di Uvalde, Texas yang menewaskan 19 anak dan dua guru.
Sebagian pihak menilai, pembatasan terhadap senjata api bukan solusi yang efektif untuk mengakhiri kasus-kasus penembakan massal bermunculan.
Pendapat itu salah satunya dilontarkan oleh Senator Texas dari Partai Republik, Ted Cruz.
"Itu (membatasi kepemilikan senjata api) tidak akan berhasil, itu tidak akan efektif," kata Cruz, sebagaimana dilaporkan BBC.
Klaim tersebut dilontarkan Cruz, tanpa menjelaskan apakah dia berbicara tentang membatasi hak kepemilikan senjata api di AS atau di negara lain.
Baca juga: CEK FAKTA: Benarkah Klaim Ted Cruz, Amerika Serikat Negara Paling Aman di Dunia?
Gubernur Texas Greg Abbott, yang juga menentang upaya pengendalian senjata, membuat klaim serupa dan menunjuk ke Chicago, Illinois sebagai contoh kasus.
Illinois memiliki undang-undang senjata yang lebih ketat daripada Texas tetapi mengalami tingkat kejahatan senjata yang lebih tinggi, terutama di kota Chicago.
Namun, sebagian besar senjata yang ditemukan di Chicago berasal dari negara bagian lain, seringkali dengan undang-undang senjata yang lebih longgar, seperti Indiana dan Mississippi.
Laporan departemen kepolisian Chicago tahun 2017 mengungkapkan, hampir 60 persen senjata ilegal yang digunakan dalam kejahatan di kota itu berasal dari luar negara bagian.