KOMPAS.com - Satelit cuaca yang mati diklaim berkaitan dengan penyebab kecelakaan helikopter Bell 212 yang dinaiki Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Minggu (19/5/2024).
Setelah helikopter ditemukan, Raisi dan delapan orang lainnya dinyatakan tewas keesokan harinya.
Twit yang diunggah oleh akun X ini pada Senin (20/5/2024) viral karena menunjukkan sistem cuaca dihapus dari citra satelit.
Ia menyertakan data dari alat pengamat cuaca daring Cabang Meteorologi Regional dan Mesoscale di hari jatuhnya Helikopter Raisi.
"Hanya semua sistem cuaca dihapus dari citra satelit yang menyebabkan jatuhnya Helikopter Iran," tulis pengguna X, dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Ada dugaan, helikopter yang ditumpangi Raisi mengalami gangguan akibat cuaca buruk.
Namun benarkah satelit cuaca mati saat insiden terjadi?
Aplikasi yang ditampilkan oleh pengguna X, dibuat oleh Institut Koperasi Penelitian di Atmosfer Universitas Negeri Colorado, yang menyajikan data cuaca global kepada pengguna.
Kendati demikian, data cuaca yang disajikan offline atau tidak tersedia pada Minggu (19/5/2024).
Dilansir Politifact, juru bicara Institut Koperasi untuk Penelitian di Atmosfer, Matt Rogers mengatakan bahwa pada hari itu staf berada di luar kantor karena masalah teknis terkait kapasitas hard drive komputer.
"Kami mengalami masalah disk di mana disk terisi dan data baru tidak diposting," kata Rogers, Senin.
"Semua citra yang kami miliki kini kembali online, dan tidak ada data yang dihapus atau dihapus," terangnya.
Pantauan cuacanya dapat dilihat di sini.
Berdasarkan penafian yang tertera pada situs, dijelaskan bahwa produk yang mereka kembangkan bersifat eksperimental dan tidak dijamin selalu online dan aktif.
"Situs ini tidak dipantau 24/7 dan kadang-kadang mengalami pemadaman data," kata Roger.